Rabu, 06 November 2013

mantap ni anak smp gan

http://www.tusfiles.net/3cv96v5v5eb8   

istri eksibisionis 3

di simak terus juragan haha


Kondisi persetubuhan istriku dan aku sepertinya menjadi semakin parah. Aku bukanlah lagi pria yang kuat dalam ranjang, sekali saja ingatanku kembali semua aksi eksibisionis yang dilakukan oleh istriku, terutama aksi yang terjadi di Part 2 ketika keempat bapak-bapak tetangga kami menyaksikan istriku berdiri di hadapan mereka tanpa mengenakan pakaian sehelaipun serta ketika istriku melemparkan senyum termanis dan tercantik yang pernah kulihat kepada keempat bapak-bapak tersebut, aku langsung berejakulasi. Dan lagi jika kalian masih ingat kejadian di Part 1 tentang Yola yang beraksi dengan menggunakan timun di dalam liang kewanitaannya di depan kamar mandi. Hal itu sekarang menjadi rutinitas istriku untuk memuaskan dirinya dengan timun baik di kamar mandi maupun di ruang tengah. Aku tidak menyalahkannya memang semua ini salahku sendiri yang terlaku "terbawa suasana" dengan aksi eksibisionis istriku ini dengan bayang-bayang istriku akan diperkosa oleh Pak Yono, Pak Bayu, Pak Mamat dan Pak Risman. Sekiranya hampir genap 4 bulan istriku tidak meraih krpuasan dalam persetubuhan suami istri lagi. Aku sendiri semakin takut apa yang harus aku lakukan bagaimana caraku melewati semua ini. Sayangnya kami belum mengenal internet pada saat itu dan aku hanyalah seorsng diri saja dalam krisis ranjang ini. Aku sangat mencintai istriku apapun ingin aku lakukan untuk dapat memuaskannya.

Saat itu adalah hari sabtu, hari sabtu di desa ini merupakan hari yang cukup ramai untuk berkumpul di salah satu jalan untuk bermain sepak bola, kartu, dan sebagainya. Istri saya pulang berjalan kaki setelah turun dari angkot di depan sana melewati warga dan anak-anak yang berkumpul tadi. Anak-anak tersebut selalu girang melihat istri saya karena akan diberi uang jajan ataupun makanan. Lalu istri saya terpaksa berhenti untuk duduk sejenak di sana untuk membagi-bagikan uang jajan serta makanan. Saya dapat melihatnya dari kejauhan karena tempat berkumpul itu berposisi lurus agak menyamping dari tempat duduk di halaman rumah saya. Seperti biasa saya menunggu istri saya di halaman rumah. Saya melihat istri saya berbincang-bincang dengan anak-anak serta tetangga-tetangga pria kami di sana yang kebetulan hanya ada beberapa wanita itupun masih ABG. Sehingga ia menjadi pusat perhatian di sana, istri saya melepaskan cardigennya dan hanya mengenakan kaos tangan buntung duduk di bale-bale kayu sambil tertawa-tawa riang karena di ajak bercanda oleh mereka. Dan sepertinya ramai sekali di sana entah apa yang sedang mereka bicarakan. Sekiranya 1 jam terhenti di sana, akhirnya, istri saya pamit pulang kepada mereka. Kerumunan itupun bubar sepulangnya istriku dari sana. Salah satu dari mereka mengantar istriku pulang, ternyata itu adalah Pak Yono. Sesampainya di rumah Pak Yono menyapa saya dan berkata, "Pak Nar, lagi apanih? Masa dik yola dibiarkan jalan sendirian malam-malam gini." Waktu memang menunjukkan pukul 21.15, saya tidak menyalahkannya juga. Lalu saya hanya berkata, "iya nih, makasih yah sudah nganterin. Bapak mau mampir dulu? Saya punya kue kiriman dari saudara." Pak Yono menjawab dengan girang, "wah kue mah saya ga nolak."

Saya pun memeluk dan mencium istri saya seperti biasa, dan saya melihat dada istri saya agak "kencang" saya tidak begitu mengetahui apakah ia merasa libidonya meningkat atau pengaruh dingin malam hari. Karena saya tidak tahu pasti apa yang mereka perbincangkan di sana. Sambil tetap menenteng cardigennya ditangan, saya mengamati istri saya rasanya ada yang aneh dengan caranya berpakaian. Dan sayapun kaget ternyata istri saya tidak mengenakan Bra sama sekaki!!! Ada apa ini? Pikiran saya berkecamuk sekaligus senjata saya beraksi kembali. Tak heran mengapa Pak Yono "ingin" mengantarkan istriku pulang. Seribu pertanyaan timbul di benak saya, "apakah istriku tidak mengenakan bra sepanjang hari? Apakah ia melepas kan bra itu di suatu tempat? Apakah ia melepaskan cardigen tadi di bale-bale itu dengan sengaja? Ada apakah ini?" Saya dan Pak Yono duduk di halaman depan rumah seperti biasa kami memang bermain catur di depan sana. Akan tetapi kali ini kami hanya berbincang-bincang saja, sambil terus memikirkan istriku "mengapa tanpa bra?" Istrikupun kembali keluar memberikan kami minuman dan kue, sedangkan aku terus memperhatikan Pak Yono. Dan ternyata benar Pak Yono memang menyadari bahwa istriku tidak mengenakan bra. Ia melihat ke bagian dada istriku yang tercetak puting kecoklatan yang sepertinya sudah sangat keras. Akupun mengikuti istriku ke kamar untuk memeriksa tasnya apakah ada bra di dalamnya. Dan ternyata tidak dapat kutemukan bra tersebut sepertinya ia memang tidak mengenakannya sepanjang hari. Aku mengamati istriku yang sedang bersiap-siap untuk mandi. Ia melepaskan pakaiannya dan menggantungnya seperti biasa. Tetapi aku juga tidak menemukan Celana Dalamnya! Gila jadi seharian tadi istriku??? Sama saja telanjang di depan umum! Aku mengamati keberadaan Doni dan Rizal, dan seperti biasa mereka berada dalam posisinya mengintip. Seperti yang pernah kukatakan sebelumnya istriku "jarang" sekali menutup pintu kamar mandi karena kejadian waktu itu. Saat inipun ia tidak menutupnya. Akupun teringat bahwa aku memiliki tamu, Pak Yono tadi. Lalu aku ke depan untuk mencarinya, tetapi tidak menemukannya. Dadakupun semakin berdegup kencang berusaha mencari keberadaan Pak Yono. Aku berjalan ke arah halaman belakang melewati ruang tengah. Dan ternyata aku melihat Pak Yono baru saja berjalan dari arah halaman belakang tempat istriku mandiiii!!! Aku sendiri bingung harus berkata apa, tetapi Pak Yono dengan entengnya menjawab "aku tadi mau pinjam kamar kecil mas, tapi kayaknya dik Yola lagi mandi tuh." Istriku kan tidak menutup pintunya brarti Pak Yono ini sudah?? Melihat tubuh istriku secara keseluruhan. Akupun cuma bisa berkata, "oh ia Pak lagi dipake mandi kayaknya." Lalu Pak Yono mengajakku kembali duduk di halaman depan. Sekiranya 10 menit aku berbincang-bincang di sana. Aku pamit ke kamar lagi untuk memeriksa Doni dan Rizal. Aku melihat mereka mengambil tongkat panjang dan mengambil handuk istriku serta beberapa pakaian dalam istriku. Akan tetapi, bukannya mereka merhasil mengambil pakaian tersebut malah, handuk tersebut tersangkut di atap sedangkan pakaian istriku terjatuh di tanah. Mereka sudah semakin kurang ajar pikirku. Lalu istrikupun selesai mandi dan tersadar dan bingung, "wahhh angin sialan." Mungkin dia berpikir itu angin. Lalu istriku mengambil tangga di belakang, aku berniat untuk membantu istriku, ketika aku berjalan ke arah dapur belakang. Aku menyaksikan Pak Yono sedang mengintip istriku dari jendela dapur. Lalu dengan cepat aku kembali lagi ke dalam kamar agar tidak ketahuan. Dalam hatiku, "lho?! kok jadi aku yang ketakutan yah?" Lalu aku melihat istriku memanjat tangga itu untuk berusaha mengambil handuknya yang tersangkut di atas. Namun aku sudah tidak melihat keberadaan Doni dan Rizal lagi, mungkin ia lari ketakutan karena upaya pencurian pakaian istriku gagal. Namun, yang tak kuduga-duga adalah ketika istriku hampir mendapatkan handuk tersebut ia malah tergelincir mungkin karena kakinya masih licin karena mandi tadi. Istriku berteriak, "aaahhh...." Lalu tangga dan istriku pun terjatuh, akupun panik dan baru saja ingin lari ke depan, tetapi ternyata aku melihat Pak Yono melompat untuk menangkap istriku yang terjatuh itu. Pak Yono pun tak sanggup menahan berat istriku karena ia sendiri gendut dan tidak terlalu kuat. Akhirnya mereka berdua jatuh bertumpukan dengan istriku menduduki perut Pak Yono, namun tangan dan kaki istriku berdarah tertimpa tangga kayu. Sedangkan Pak Yono itu sendiri jg terluka di bagian sikut tangannya. Aku bukannya langsung lari melihat keadaan istriku, malah diam saja untuk menyaksikan apa yang telah terjadi. Dengan sedikit perasaan amarah terhadap Doni dan Rizal yang menyebabkan ini semua terjadi, aku pun merasakan tonjolan di bagian senjataku. Apakah aku tidak waras? Namun, Pak Yono, mengangkat istriku yang kesakitan. Pak Yono dengan sigap menggendong tubuh telanjang istriku yang mengkilat karena air mandi, kotor karena tanah, dan darah di tangan serta kakinya, sambil berkata, "dik Yola, gpp sini aku bantu ke dalam." Istriku menjawab sambil mengaduh, "aduhhh... ii...iyaa... gpp pak makasih." Namun, ketika istriku di angkat oleh Pak Yono, istriku merangkulkan tangan kirinya ke leher Pak Yono, seperti sepasang kekasih yang siap di bawa ke atas Ranjang Percintaan. Sepertinya, hal ini mempengaruhi istriku, terbukti dengan wajah istriku yang terpana akan aksi Heroic nya, istriku menatap dengan sangat gembira ke arah muka Pak Yono yang tergopoh-gopoh berusaha menggendong istriku. Sesampai nya di ruang tengah, akupun keluar untuk melihat keadaan istriku. Namun, istriku melihatku dan menjawab, "anu pah, aku terjatuh dari tangga, untung ada Pak Yono." Akupun berusaha mengeluarkan ekspresi kaget, "lho!? kok bisa gitu? ngapain sih kok naik-naik tangga waktu lagi mandi?" Pak Yono menyelak kami, sebaiknya luka ini di bersihkan dulu Mas Nar, takut infeksi, lalu aku dengan agak panik mencari betadine serta beberapa kapas pembersih. Namun ketika aku ingin mebersihkan luka istriku, perban dan segala peralatan itu di ambil oleh Pak Yono, sehingga dia mengambil alih untuk membersihkan luka istriku. Aku hanya terpana melihat mereka berdua, istriku yang mengarahkan lukanya ke arah Pak Yono yang sedang membersihkannya. Sedangkan Pak Yono yang nampak serius membersihkan luka istriku. Aku hanya diam saja melihat mereka. Lalu Pak Yono berkata lagi, "Mas Nar, mungkin bisa ambilin handuk dik Yola yang tersangkut tadi, kasian masih basah begini badannya." Lalu aku pun hanya berkata, "baik saya coba ambilkan, kamu gpp kan mah?" Istriku tidak menghiraukan aku, ia masih terus-terusan mengeluh kesakitan setiap kali Pak Yono menempelkan kapas betadine ke arah lukanya. Akupun mengambilkan handuk istriku di atap tadi. Lalu sekembalinya aku dari halaman belakang aku tidak lagi mendengar suara istriku mengeluh kesakitan. Lalu dengan perlahan aku berjalan mencoba mengintai apa yang mereka lakukan, namun aku menemukan istriku sedang berciuman dengan Pak Yono. Saya melihat Pak Yonopun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia membalas ciuman istriku dengan lumatan dan permainan lidah. Sekiranya 1 menit mereka berciuman. Lalu, istriku berkata sambil menatap lirih kepada Pak Yono, "mas... terima kasih yah..." Akupun memutuskan untuk segera membuat kegaduhan agar mereka usai dengan apapun yang mereka pikirkan di kepala mereka. Merekapun kembali ke posisi masing-masing sambil dengan perasaan jengkel dan cemburu dalam hatiku akupun datang. Membawa handuk istriku, lalu Pak Yono mengambil handuk tersebut dan aku disuruhnya, "Mas Nar, bantu dik Yola berdiri bisa? Biar aku yang handukin." Akhirnya akupun membantu istriku berdiri sambil istriku berpegangan kepadaku, aku hanya melihat dan membiarkan Pak Yono mengelap seluruh inci dari tubuh telanjang istriku. Pak Yono mengelap dengan telaten sekali terutama ketika pada bagian dada istriku, serta bulu-bulu kemaluannya. Seusai aksi pengelapan itu, Pak Yono berkata, "dah kering dik, dah cantik lagi tuh. hehe..." Istriku hanya berkata kepada Pak Yono, "makasih mas... jadi ngerepotin... mas sendiri terluka ayo saya obati." Lalu Pak Yonopun berkata, "oh ga usa cuma lecet kecil dik. Mas Nar minta baju untuk dik Yola dong masa ga di kasi baju sih." Lalu aku pun tersadar, oh iya kenapa tidak kepikiran dari tadi yah. Tetapi dengan spontan istriku menjawab, "ah tidak usah pah, sebentar lagi kan mau tidur." Seperti yang kalian sudah ketahui di Part 2, bahwa istriku dan aku sekarang kalau tidak sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi. Lalu akupun mengkerutkan dahiku atas aksi istriku yang berani dengan santainya menonjolkan ketelanjangan istriku. Sambil berusaha mendudukkan kembali istriku ke kursi, lutut bagian dalam istriku nampaknya masih berdarah. Namun Pak Yono dengan segera memberikan obat dan kapas ke arah luka tersebut. Namun, karena kesulitan, Pak Yono mengambil kursi satu lagi lalu menaikkan kaki kiri istriku ke kursi tersebut. Sambil berjongkok di antara kursi, kaki kiri istriku dan paha kanan istriku. Dari situ saya tahu betul Pak Yono dapat melihat jelas belahan vagina istriku yang terbuka sedikit kemerah-merahan. Dan lebih gilanya lagi, ternyata vagina istriku sudah basahh aku dapat melihat cairan mengkilat di sana. Tetapi istriku hanya diam saja melihat Pak Yono melakukan ini semua. Akupun hanya bisa terdiam.

Setelah sekiranya beberapa menit. Aku membuka percakapan lagi, "mah kamu tadi ngapain sih kok bisa sampe gini?" Istriku akhirnya memalingkan wajahnya kepadaku sambil berkata, "anu pah, handukku kayaknya ketiup angin, terus aku coba ambil sendiri pake tangga, eh malah jatuh! Untung tiba-tiba Pak Yono berlari menahan aku kalau tidak mungkin kepala aku bisa kena pah." Aku pun dengan bernada sedikit marah, "kok mama ceroboh gitu sih! Kenapa ga manggil papa biar papa yang manjat?" Istriku dengan sedikit menyesal menjawab, "ya tadi aku pikir papah masi ada Pak Yono, masa aku telanjang-telanjang keluar manggilin papah." Dalam hatiku berkata, "percuma saja kan ujung-ujungnya kamu telanjang juga di depan dia." Aku hanya menjawab kepada istriku, "ya lain kali kalau ada begitu teriak aja mah, atau kalau darurat gak apa apa kamu keluar telanjang daripada kamu luka begitu. Lagipula emang nya kenapa telanjang di depan Pak Yono. Toh kita semua uda besar yah Mas Yono." Sambil aku menepuk pundak Pak Yono. Walaupun aku tidak tahu apa yang aku pikirkan bisa berkata seperti itu. Namun, dengan sedikit menyeringai terpancar wajah girang Pak Yono sambil menatap istriku, Pak Yono berkata, "yah lumayan mas dapet bonus liat bidadari cantik malam-malam, hehe..." Istriku pun tertawa mendengarnya sambil menepuk punggung Pak Yono, "ihh... apa sih..." begitu goda istriku. Namun, seusainya mengobati, Pak Yono berpamitan kepada kami. "Mas Nar, Dik Yola, aku permisi pulang dulu deh yah, udah malam. Dik Yola istrirahat aja biar cepet sembuh lukanya." Istriku tersenyum dan berkata, "iyah mas terima kasih banyak. Kalau mas butuh apapun bilang aja sama kita pasti kita bantu kok." Akupun menimpali kata-kata istriku, "Iya mas yono, klo ada yang kita bisa bantu bilang aja ga usa malu-malu. Kita di sini sudah kayak saudara." Padahal aku tidak suka sekali dengan Pak Yono ini, karena dia kurang ajar sifatnya, gendut, benalu, dan tidak menarik sama sekali seperti yang sudah saya deskripsikan di Part 2 sebelumnya. Pak Yono pun tediam, sambil menatap istriku dari ujung kaki hingga kepala, lalu ia tersenyum dan berkata, "ah... gak apa apa Mas Nar, aku kebetulan aja bisa bantu. Untuk saat ini aku mah uda seneng bisa liat dik Yola tidak terluka parah walaupun dapet bonus lagi hehe..." Akupun hanya tertawa sambil melihat istriku yang juga tertawa. Lalu setelah mengantar Pak Yono pulang, seperti biasa aku mengunci semua pintu. Dan istriku mencoba berdiri untuk melangkah ke arah Kamar sepertinya ia mau tidur. Akupun bergegas membantunya sambil menggendongnya ke arah ranjang. Aku berkata kepada istriku, "kamu gak apa apa mah?" Istriku menjawab, "iya gak apa apa pah. Cuma..." Aku mengkerutkan dahi dan berkata, "cuma apa mah?" Istriku sambil melirik kepadaku sayu, berkata, "aku kok pingin itu pah yang enak-enak." Akupun menjawab sambil tertawa, "ya ampun mah, papa masi dag dig dug gara-gara kamu jatuh dari tangga kok sekarang malah jadi horny sih." Istriku cuma berkata, "ya... abis..." Ia tidak melanjutkan kata-katanya, saya yakin maksud dari kata-katanya adalah "abis dilihatin pak yono jadi horny." Namun, aku melihat tidak memungkinkan kita melakukan persetubuhan malam ini karena aku tidak ingin lukanya terbuka lagi. Oleh karena itu, aku berkata kepada istriku untuk mengurungkan niatnya, "mah besok aja deh yah, takut lukanya kebuka lagi. uda mau kering kan tuh." Istriku dengan sedikit cemberut berkata kepadaku, "iya deh pah, yuk bobo yuk." Akhirnya kamipun tertidur.

Sekiranya seminggu setelah kejadian tersebut, Pak Yono menjadi sangat akrab dengan istri saya. Jika datang ke rumah, ia selalu bercanda dengan istri saya akan segala hal. Ternyata hubungan ini merupakan kesalahan saya karena telah membiarkan Pak Yono akrab dengan istri saya begitu saja. Hal ini menjadi kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan. Suatu saat di hari minggu pagi, Pak Yono dan Pak Risman datang ke rumah saya untuk bermain kartu seperti biasanya. Istri saya pun di rumah sedang menonton televisi. Sesekali ia halaman depan untuk memberikan kami cemilan dan minuman. Saya melihat Pak Yono mengamati istri saya seperti ingin melahapnya. Dan istri sayapun hanya melempar senyum kepada Pak Yono. Sekiranya waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi di hari minggu, saya berkata kepada istri saya, "Mah... Pak Yono dan Pak Risman habis tuh kopinya, tambahin gih." Kata istri saya, "Kopinya sudah habis pah..." Lalu saya berkata kepada Pak Yono dan Pak Risman, "Wah pak kopi habis nih... saya pergi dulu deh ke Mang Imran untuk beli kopi... Sebentar aja kok..." Kata Pak Risman, "wah pak ga usa repot-repot... biar saya aja deh yang pergi..." Akhirnya, saya menyuruh Pak Risman untuk pergi membeli kopi sambil memberinya uang. Tinggalah saya dan Pak Yono. Pak Yono sepertinya juga sudah mempersiapkan sebuah strategi agar dapat berduaan dengan istriku untuk membahas ketelanjangan istriku kemarin. Lalu, Pak Yono berkata, "mas, katanya ada titipan baju dari Pak Soni untuk saya sudah di ambil belom mas?" Lalu, muncul pikiran kotor saya ingin memastikan lagi tentang kejadian istri saya bersama Pak Yono waktu itu. "Sayapun berkata, wah ia nih saya lupa!", timpal saya. "Ya sudah saya ke rumah Pak Soni sebentar yah ambil bajunya." saya berpamitan kepada Pak Yono. Sambil berkata kepada Istri saya, "Mah papa ke rumah Pak Soni sebentar ambil titipan Pak Yono. Pak Yono di-'temenin' dulu gih, kasi cemilan apa gitu." Istri saya menjawab, "yahh papa... jangan lama-lama lagi asik nonton ini." Saat itu istri saya mengenakan daster rumah tidak terlalu panjang di atas lutut. Sayapun menyalakan sepeda motor dan berjalan ke luar rumah sambil memutar arah belakang, sambil mengintip istri saya sedang memberikan cemilan kepada Pak Yono. Pak Yono berkata, "duh coba bisa liat bidadari siang yah... pasti asik tuh." Timpal istri saya, "ihh... apaan sih mas..." Dengan nada sebal. Namun Pak Yono, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, "waktu itu kata Mas Nar dan dik Yola, mau melakukan apapun untuk saya". "Ya, mas yono minta bantuan apa?", tanya istri saya. "Ya.. sehabis kejadian kemarin saya ga bisa melupakan sosok dik Yola dari kepala saya, apa lagi dik Yola taukan saya belum punya istri.", tekanan cerdik diberikan oleh Pak Yono sambil cengengesan. Istri saya berkata sebal, "ya gimana toh pak, aku juga sudah sangat berterima kasih atas pertolongan bapak." Mencoba sekali lagi Pak Yono berkata, "Walaupun dik Yola berterima kasih! Kan dik Yola yang memiliki tubuh indah terpampang depan saya. Saya kan jadi terbayang-bayang terus sama dik Yola" Namun istriku pun luluh, dan berkata "Ya pak yono maunya gmn biar yola bisa berterima kasih?" Pak Yono tersenyum lebar tanda lampu hijau dan berkata, "ya kalau boleh sih saya ingin dik Yola bisa melepaskan hasrat saya waktu itu." "Hus! Apaan sih Pak Yono!", sambil berkata marah menengok keadaan sekitar kali-kali saya sudah kembali. Hampir saja saya ketahuan saya langsung buru-buru menyembunyikan kepala saya. "Ya melepaskan hasrat kan tidak harus berhubungan intim dik. Gimana kalau dik Yola buka pakaiannya sekali lagi di depan aku, biar aku beronani sendiri. Dengan tubuh indah seperti dik Yola mah aku cuma butuh 1 menit untuk melepaskan. Apa lagi kalau dik Yola mau bantu pegangin... wah bisa-bisa 10 detik deh.", timpal Pak Yono sambil tertawa. "Ya jangan sekarang dong Pak kan ada Mas Naryo kalau balik gimana?", sambil berkata dan melirik keadaan sekitar mencari kehadiranku. "Keliatahannya Mas Naryo lama deh kalau ke rumah Pak Soni, kamu kan tau Pak Soni suka ngajak ngobrol. Kita satu menit aja cukup kok dik.", lanjut Pak Yono. "Aduhh ga ada cara lain apa mas?", kata istri saya. Namun, Pak Yono dengan licik berkata, "Lagipula sepertinya kemarin Mas Nar sudah bilang kalau butuh bantuan apapun minta aja jangan malu-malu. Jadi saya pikir Mas Nar juga gak apa apa kalau kita ketahuan toh kita ga ngapa-ngapain cuma melihat tubuhmu sekali lagi aja kok." Akhirnya istri sayapun luluh, ia berdiri dari kursi dan berjalan kedepan Pak Yono sambil mengangkat dasternya sebatas buah dada, dan memperlihatkan Bra 34 C nya berwarna putih kembang-kembang kepada Pak Yono. Pak Yono melanjutkan, "dibuka dong dik BH nya." Lalu, dengan muka sebal menahan daster dengan kedua ketiaknya dan kesulitan berusaha membuka pengait Bra nya. Pak Yono melingkarkan tangannya untuk membantu membukakan pengaitnya. Lalu di lepaskannya perlahan melalui siku tangannya dan Bra tersebut sudah berada di genggaman tangan Pak Yono. Dengan sekejap Pak Yono berkata, "Indah sekali dik..." "Cepetan donk mas ah!!!", timpal istri saya yang ketakutan sambil melihat terus kearah sekitar. Pak Yono dengan cepat membuka celananya dan beronani di depan Istri saya. Sambil terus berulang-ulang berkata, "Wah dik kamu benar-benar indah." Istrikupun terdiam dan sepertinya sudah terlihat ada bercak basah di bagian celana dalamnya. Melihat itu Pak Yono mengambil kesempatan berkata, "dik Yola biar mas cepet keluar sekalian aja itu celana dalamnya dibuka. Kalau basah gitu nanti keliatan sama Mas Naryo gmn?" Istrikupun merasa alasan tersebut masuk akal, dengan kesulitan karena dia harus memegangi dasternya istriku berusaha melepas Celana Dalamnya. Lalu Pak Yono tanpa menyia-nyiakan waktu, ia berdiri dan langsung memelorotkan celana dalam istriku. Istrikupun diam saja malah mengangkat kakinya untuk dapat melepas celana dalam itu seluruhnya. Terlihatlah sekarang istriku telanjang baik dada maupun bulu-bulu kemaluannya terpampang di depan Pak Yono persis. Mungkin ia dapat menghirup aroma kewanitaanya itu dari jarak sedekat itu. Pak Yono berkata, "wah dik kamu wangi banget yah. Udah cantik wangi lagi. Badan kamu juga mulus." Sambil terus beronani di depan istri saya tetapi tidak kunjung keluar juga. Lalu istri saya semakin panik takut saya sudah kembali. Istri saya berdiri di depan halaman dengan telanjang dari dada ke bawah di depan tetangga sialan ini. Istri sayapun berkata cemas tetapi bergairah, "Mas udah ya aku takut Mas Naryo balik nih..." Sahut Pak Yono, "Sebentar dik, aduh kok ga keluar-keluar nih. Kalau kamu buru-buru gitu aku juga bingung dik. Apa kamu mau bantuin aja?" Istri saya pun bingung harus berbuat apa. Akhirnya dengan nekat istriku mengangkat tangan Pak Yono satu lagi untuk diizinkan memilin putingnya yang sudah keras itu. Dengan sangat gemas senang dan horny Pak Yono memilin-milih puting istri saya meremasnya dengan kasar sambil terus beronani. Kebetulan hari ini adalah hari minggu. Tidak banyak orang yang lewat di depan rumah, karena jika ada orang yang lewat tentu saja dapat melihat aktifitas istri saya itu. Sayapun yang dari tadi mengintip sudah sangat berdebar-debar dan mulai beronani sendiri. Sebenarnya kejadian ini sudah berlangsung selama 45 menit. Akan tetapi, mereka tidak ada rasa curiga sedikitpun terhadap saya akan segera pulang, malah mungkin mereka mengharapkan waktu yang lebih lama. Aku sudah tidak dapat berpikiran dengan jernih lagi karena perasaan cemburu, marah, benci itu kalah oleh nafsu dan hasrat ku melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka melakukan ini sempa di halaman depan, tempat terbuka cukup panas cuaca hari itu, dan istriku telanjang dari dada ke bawah, serta remasan dan pilinan di puting kanan istriku makin kasar dan cepat. Istrikupun melenguh untuk pertama kalinya, "uhhh..." Sambil sedikit memejamkan matanya. Lalu Pak Yono melihat ini sebagai kesempatannya untuk mengambil langkah lebih jauh, ia malah melepaskan tangan kananya dari onaninya. Mengarahkan tangan tersebut ke arah liang kewanitaan istri saya yang sudah basah kuyup. Sambil sedikit memejamkan mata istri saya malah melebarkan kakinya di depan tetangga gendut jelek ini untuk memberikan kesempatan kepada Pak Yono memasukkan jarinya ke liang kewanitaan istri saya. Akhirnya istrikupun terbawa suasana dia sudah tidak lagi perduli dengan keadaan sekitar ditambah lagi kalau kalian ingat bahwa saya suaminya tidak mampu lagi memberikan kepuasan kepada istri saya. Sekiranya istri saya sudah tidak terpuaskan selama empat bulan lamanya. Saya rasa ini adalah kesempatan besar bagi istri saya untuk meraih kepuasannya setelah setelah sekian lama. Istri saya memejamkan matanya dan mendongak ke atas sambil melenguh yang kedua kalinya "ohhh....sshhh... enakkk mass...." Istrikupun entah sadar atau tidak ia mengangkat kakinya sebelah kanan untuk bertumpu di sisi bangku yang diduduki oleh Pak Yono sehingga wajah Pak Yono dapat sejajar dengan liang kewanitaan istriku, dan membiarkan Pak Yono mulai menjilatinya. Istriku benar-benar di puncak kenikmatan, ia bahkan mungkin akan mengizinkan Pria Gendut jelek ini untuk memasukkan senjatanya ke dalam liang kewanitaannya. Pak Yono sepenuhnya telah mendapatkan kontrol atas istri saya. Ia memilin, menghisap dadanya, menjilat liang kewanitaannya mencoblos-coblos jarinya berulang kali. Istrikupun lupa tujuan utama dari aksi ini justru membuat Pak Yono terpuaskan. Tetapi malah sebaliknya, "yaaa ammmmppppuunnn.... masss... gilaaaa", racauan istriku yang mulai tidak jelas. Sepertinya istrikupun mulai teringat tujuan utama dia adalah memuaskan Pak Yono, sedangkan dia sendiri juga sangat ingin dipuaskan setelah 4 bulan lebih ia tidak meraih kepuasan seksual dariku, akhirnya istriku mendorong Pak Yono untuk duduk bersandar, dan yang benar-benar tidak aku duga-duga dan aku sangat takut hal ini akan terjadi. Akhirnya terjadi juga, istriku berjalan mengangkangi senjata Pak Yono yang keras dan tidak terlalu besar itu. Gila!! Dan ternyata istriku menggenggamnya sendiri dengan tangan kanannya dan menuntunnya ke dalam liang kewanitaannya itu. Pak Yono berkata dengan penuh kemenangan, "dik Yola, aku janji untuk memuaskan kamu hehe..." Sambil melepaskan daster istriku seluruhnya dan melemparnya ke bangku sebelah. Istriku diam saja atas semua perlakuan itu, sambil terus berusaha menggoyangkan pinggulnya tidak karuan dan meremas buah dadanya sendiri sambil meracau, "ohhh... ssshh.... mass yoonnoo... masss..." Sedangkan Pak Yono hanya duduk bersandar sambil cengengesan melihat Yola, istriku, bidadari malam bagi Pak Yono, wanita yang paling dihormati dan periang di desa ini, sedang berusaha mengayuh kenikmatan darinya. Waktu sudah menunjukkan jam 12 siang. Tetapi saya belum berani pulang karena sayapun sedang beronani untuk yang kedua kalinya!!! Ya saya sudah keluar tadi ketika istri saya melenguh kedua kalinya. Dan sepertinya merekapun sedang tidak ingin diganggu, jika saya keluar sekarang, banyak hal yang saya takutkan, entah istri saya akan saya ceraikan, entah dia akan di cap murahan oleh orang sekitar. Darahku sendiri berdesir kencang, jantungku berdegup tidak karuan, senjataku keras seperti kayu, hatiku hancur remuk, tetapi libido dan nafsuku telah memabukkan diriku. Jadi saya memutuskan untuk terus bersembunyi terus sambil onani untuk kedua kalinya. "Enak ya dik Yola?", tanya Pak Yono sambil sambil terus tersenyum saja melihat istriku seperti cacing kepanasan di atas senjata kecilnya. Istriku tidak menjawab hanya melenguh lagi, "uhhh... mass..." Lanjut Pak Yono, "enak mana sama suamimu?" Istriku hanya terus memejamkan mata sambil melenguh, "masss... ennakkk..." Aku sendiri tidak begitu jelas maksudnya istriku "Enakan Mas Yono" atau "Aku sedang Enak Mas". Saya beranggapan sepertinya ia memilih Mas Yono lebih enak dari saya karena saya sudah tidak mampu memuaskan dia lagi sekian lama mendorong saya dan darah sayapun berdesir lebih kencang lagi. "mass... aku ga tahaannn lagiii... mas keluarin donk cepetannn", pinta istriku sambil memelas untuk segera dipuaskan. Tetapi bukannya diteruskan malah istriku diangkat terlepas dari senjatanya. Istriku berkata kesal, "yahhh...... mass kok?!" Lalu Pak Yono berdiri menggendong istriku ke halaman sebelah agar jika aku kembali tidak dapat langsung menemukan mereka dan orang yang lewat tidak dapat melihat mereka. Di situ ada tiang bendera, tangan istriku dituntun oleh Pak Yono untuk bertumpu ke situ sambil menghadap ke arah aku mengintip. Dan dari belakang Pak Yono mulai mengarahkan senjatanya kedalam liang istriku. Istrikupun hanya menuruti saja perlakuannya tanpa berkata apapun sambil menengok ke belakang melihat Pak Yono yang tersenyum lebar. Bless masuk lah senjata Pak Yono. Istriku melenguh kecil, "uhhhm..." Pak Yono mulai memaju mundurkan senjatanya secara perlahan, namun semakin kencang, dada istrikupun terus berguncang hebat atas sodokan-sodokan Pak Yono. Dan aku dapat menyaksikan dada istriku bergoyang hebat dengan sempurna dari sisi ini. Istriku berkata lagi, "massss hebattt... kok belum keluar juga sihhhh..." Pak Yono hanya tersenyum dan berkata, "aku akan puaskan kamu dulu dik... sudah lama aku ingin puaskan kamu... ingin miliki dirimu... hampir tiap hari aku melihat kamu seperti ingin menelanjangi kamu ini seperti mimpi bagiku dik" Istriku tersenyum juga dan berkata, "masss... ohh... sshh... gilaa.... teruss mass jangan berhenti.... benar mas puaskan aku..." Lalu Pak Yono malah mencabut senjatanya sambil memundurkan badannya. Dan istriku marah dan berkata, "massss kok di cabuuuttt!!! cepetan donk ahhh." Pak Yono berkata, "bentar dik aku copot celana dulu..." Karena celananya berlipat-lipat karena kejadian di atas bangku, istriku yang sudah tidak sabaran sambil telanjang bulat ia berlutut di tanah yang kotor itu untuk menyambar senjata si gendut ini memasukkannya ke dalam mulutnya sambil meraba dadanya sendiri. Gilaa istriku kenapa menjadi seperti ini??? Istriku yang periang, menarik, dihormati, menjadi murahan seperti ini? Lalu Pak Yono melepas celananya dan baju nya ia pun telanjang bulat di situ. Jelek sekali seperti kerbau bunting. Akan tetapi, istriku belum mau melepaskan kemaluannya dari mulutnya. Pak yono mendesis, "dikkk pintar sekali kamu..." Lalu saya lupa dengan Pak Risman!!! Ia rupanya sudah kembali dan menyaksikan daster, BH, dan CD istriku berserakan. Lalu ia mencari-cari Pak Yono dan aku di mana. Ternyata kejadian ini sudah berlangsung selama 2 jam. Pak Risman akhirnya melihat istriku yang sedang menghisap batang kemaluan Pak Yono. Ia pun kaget. Dan tidak tahu harus bagaimana. Ia berdiam mengintip aktifitas tersebut tanpa menegur mereka. Namun sepertinya Pak Yono mengetahui keberadaan Pak Risman dia hanya tersenyum melihat Pak Risman sedang mengintip. Istriku masih terus menghisap senjata Pak Yono, lalu Pak Risman sudah mulai berani untuk melangkah maju. Pak Yono memberi kode untuk melepaskan semua pakaiannya terlebih dahulu. Tak lama kemudian Pak Risman sudah tidak berpakaian apapun lagi. Saya melihat senjatanya sangat panjang dan kekar. Mungkin karena ia kurus dan bekerja seperti kuli rumah. Pak Yono berkata kepada istriku, "dik, jangan menoleh kebelakang yah, ada Mas Naryo tuh mau kasi kejutan untuk kamu." Istriku bukannya menoleh kebelakang malah ia memanggut, "he ehm.." sambil terus menghisap senjata Pak Yono. Saya juga heran kenapa Pak Yono berkata Mas Naryo? Lalu ia berkata lagi, "dik kamu berdiri deh tetap menghadap aku yah." Istriku tetap menuruti saja, lalu Istriku berusaha melirik kebelakang, akan tetapi Pak Yono dengan sigap melumat habis bibir indah istriku. Dan yang membuatku terheran-heran istriku malah membalas ciuman tersebut dengan menjulurkan lidah. Sepertinya istriku sudah tidak seperti istri yang kukenal lagi. Lalu dari belakang dengan sangat bernafsunya Pak Risman meludahi senjatanya sendiri dan langsung mengangkat pantat istri saya sehingga istri saya terpaksa agak menunduk. Pak Yono kemudian mengarahkan lagi mulut istri saya kepada senjatanya yang masih keras itu. Kemudian Pak Risman dengan leluasa dari belakang berusaha memasukkan kedalam liang istri saya. Akan tetapi, nampak ia menyeringis kesulitan karena sempit atau karena terlalu besar. Istri sayapun melenguh "hhmmppphh..." Akhirnya masuk juga kepala dari senjata Pak Risman. Disusul dengan kata-kata Pak Yono semakin tertawa lebar, "dik Yola tenang aja itu Mas Naryo lagi kasi kejutan untuk kamu, sudah kubilang kan tadi dia gak apa apa kok ngeliat kita begini." Lalu istriku sepertinya mengangguk sambil terus menghisap batang kemaluan Pak Yono dengan semakin bernafsu. Perlahan tapi pasti senjata Pak Risman berhasil masuk setengahnya dan istriku kembali melenguh "hhmmmpphhh... duhhh..." sambil melepas hisapannya sementara merasakan besarnya senjata yang masuk ke dalam dirinya tersebut. Lalu istriku kembali melanjutkan servicenya kepada Pak Yono, sedangkan Pak Risman yang bertubuh kecil tersebut mencoba mengangkat pantat istriku agar lebih leluasa lagi. Di angkatnya pula pantat istriku dan di hujamkannya sedalam mungkin sehingga masuk seluruhnya senjata sebesar itu di dalam tubuh istriku tanpa menyadari bahwa itu bukanlah suaminya. Istrikupun berteriak kecil, "mas naryoo.... kok?!? uhhffffhhh..." Mungkin maksudnya adalah kok senjataku besar sekali? Padahal itu adalah milik Pak Risman. Pak Yono menimpali lagi, "sepertinya suamimu terangsang hebat melihat permainan kita dik Yola. gimana kalau kita berikan atraksi yang lebih hebat lagi untuk memuaskan suami kamu." Istrikupun mengangguk setuju kepada Pak Yono. Pak Risman mulai berusaha menggerakkan senjatanya di dalam istriku. Baru hujaman kedua istriku melenguh tidak karuan, "mass... aihhh... gilaaaa... sesakkk..." Istrikupun tidak dapat berkonsentrasi lagi untuk menghisap senjata Pak Yono. Sambil terus menikmati hujaman ketiga dari Pak Risman, istriku meracau lagi, "uhhh.... ga tahaaannn.... mass... aku keluarrrr..." Lanjut istriku, "ehhmmm.... keluarrrr.... ahhh... ngeehhh... ngehhh..." Pak Risman berhenti tidak bergerak sama sekali baru tiga kali hujaman lambat istriku sudah mendapatkan kepuasannya. Bagaimana jika ia mendapatkan lebih? Akhirnya akupun keluar untuk yang kedua kalinya tidak tahan lagi melihat aksi ini. Dalam pikiranku ingin sekali aku ikutan di dalam permainan ini. Tetapi aku berusaha menahan diri. Lalu istriku hampir terjatuh lemas karena orgasmenya akan tetapi ditahan oleh Pak Yono dan Pak Risman agar tetap dalam posisi tersebut. Setelah didiamkan sekitar 5 menit. Kulihat muka istriku memerah akibat orgasme tadi. Pak Yono dan Pak Risman menahan tawanya karena melihat istriku sang bidadari malam merka berada dalam posisi tidak berdaya seperti itu malah berusaha meraih kenikmatan dari mereka. Dua setengah jam sudah berlalu tidak ada tanda-tanda pergumulan ini akan selesai malah terlihat seperti akan berlanjut lama. Akhirnya setelah istriku mulai dapat berpijak kembali, istriku menegakkan badannya dan berkata kepada Pak Yono dengan manja "mas... lanjut lagi yahh...." Pak Yono tertawa keras sekali mendengar itu, "hahahaha..." Pak Risman pun tertawa kecil, "hehehehe...." Tetapi nampak istriku tidak menyadarinya. Istriku mulai kembali dengan pekerjaannya yang tak kunjung selesai dari 2.5 jam lalu yaitu memuaskan Pak Yono. 

Istriku mengulumnya lebih dalam lagi ke dalam mulutnya dan dihisapnya kuat-kuat sehingga membuat Pak Tono tersentak kaget "woww..." Sementara Pak Risman pun mulai menggerakkannya lagi senjata tersebut. Istriku nampak bangkit kembali libidonya secara singkat karena hujaman yang mulai dipercepat oleh Pak Risman. kembali istriku melenguh "masss aduhhh gilaaa enakkkk bangettttt...." Terlepas lagi mulut istriku dari senjata Pak Yono. Istriku berusaha menyeimbangkan irama Pak Risman sambil meracau "mass baru kali ini akuuuu sesakkkk.... Ahh mass hauusss..." Akhirnya Pak Yono memutuskan untuk mengangkat mulut istriku untuk kembali diciumnya dilumatnya dan lebih parah lagi ia meludahi mulut istriku dan kembali melumatnya. Sambil meremas remas dada istriku yang menggantung bebas. Sebenarnya ia kehausan karena mereka bermain di halaman samping walau cukup rindang pepohonannya tetap saja keringat sudah bercucuran. Istriku malah berkata "mass.. ahh lagiii..." Pak Yono kemudian mengangkat mulut istriku menghadap atas sedikit sambil berusaha meludahinya lagi akan tetapi kali ini istriku menjulurkan lidahnya menanti air liur itu. Pak Yono memberikan air liurnya kembali dan istriku menelannya dengan tuntas. Kemudian hujaman Pak Risman semakin cepat istriku mercau lagi "ohh... ssshhhh... awww....." sambil terus memejamkan mata kepalanya naik turun melihat ke atas dan ke bawah dengan keduatangannya bertumpu kepada Pak Yono menanggapi serangan Pak Risman dari belakang ia tidak lagi bisa berkonsentrasi untuk memberikan service kepada Pak Yono. Yang keluar dari mulutnya hanya, "yaahhh... uhhhh... terussss... lagi... lagi....." Sepertinya Pak Yono tidak akan mendapatkan kenikmatannya kali ini, karena Pak Risman sudah memuaskannya lebih dari yang ia bayangkan. Akhirnya Pak Yono menuntun istriku untuk bertumpu kepada tiang bendera lagi sambil terus memejamkan mata ia berpegangan pada tiang tersebut. Pak Yono namun berkata, "dik, aku sek ke kamar kecil dulu ya. Kamu lanjutin aja sama Pak Risman kamu." Namun istriku tiba-tiba tersentak kaget,"ha??!?" Melihat kebelakang sejenak... "Pak Rismannn... aduuhhh... sshhh... paannnttesssannn... ehmm...." Pak Risman hanya menyahut, "panntessan enak ya dik? heh heh..." Lalu ia menoleh dan mengangguk dua kali sambil berkata, "ehm ehmmbph.." dan kembali menoleh ke tiang bendera serta memejamkan mata sambil menikmati bersetubuhan ini sesekali ia meremas buah dadanya sendiri. Tidak lama setelah itu Pak Yono kembali dari kamar mandi masih bertelanjang bulat membawa tikar. Sambil melihat istriku yang tersengal-sengal, istriku juga melempar senyum kepada Pak Yono. Pak Yono berkata lagi, "mass mu hebat kan?" Sambil tersengal-sengal Istriku mengucap sebal, "huuuh! mas bohong" Pak Yono tertawa sambil menyahut, "ohhh... jadi ga mau nih sama mas risman?" Istriku melotot ke arah Pak Yono dan diam saja tidak menjawab apapun. Pak Yono berkata lagi, "ya udah ris, klo dia ga mau cabut aja" Lalu Pak Risman mencabut senjatannya. Istriku malah "aduhhh maasss jangan dongg.... ampuunnn mass ampunn.... terusin dongg..." Pak Yono merasa menang kembali, "terusin apa dik?" Istriku menjawab dengan memelas dan berlutut di depan tiang, "mau lagi" Pak Yono menimpali, "mau lagi apa yah?" Istriku dengan melotot ke arah Pak Yono berkata, "mau mas risman lagi." Pak Risman tertawa, "heheheh...." Pak Yono bertanya lagi, "mau diapain ama risman?" Istriku sebal, "apaan siihh, uda ahh nyebelin..." Lalu ia menggelar tikar di dekat tiang itu, menyuruh Pak Risman berbaring, tanpa di suruh lagi istriku dengan lutut kotor menuh tanah langsung berjalan ke arah senjata Pak Risman menggenggamnya dan menuntunnya secara perlahan ke arah liang kewanitaannya. Pak Yono dan Pak Risman saling bertatap muka sambil melempar senyum kemenangan total. Istriku tanpa berlama-lama lagi ia langsung menggoyangkan pinggulnya ke sana kemari. Hanya dalam hitungan 3 menit, istriku meracau lagi, ia mencapai orgasm nya yang kedua, "masss.... riss... akuu keluarrrrr....... ngeeehhhh..." suaranya seperti melengking. Pak Risman dari tadi hanya diam menyaksikan istriku berdansa di atas senjata kemenangannya, sambil merasakan kontraksi dari liang istriku, lalu Pak Risman pun berkata, "kamu cantik dik, sempit, enak untung aku bisa menahannya, aku ingin puaskan kamu dulu dik." Istriku tertunduk lemas di atas tubuh Pak Risman, mukanya memerah padam, tidak mampu berkata-kata, ia hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda sangat puas dan lemas. Pak Yono pun akhirnya mengenakan pakaiannya dan berjalan ke arah halaman depan tadi di mana daster, BH, dan CD istriku berserakan. Ia mempersiapkan diri untuk kepulanganku sepertinya. Ia mengambil BH dan CD tersebut dimasukkannya ke dalam kantong celananya, sedangkan dasternya ia gantungkan di dekat tiang bendera tempat Pak Ris dan istriku bermain di atas tikar. Sepertinya istriku sudah tidak kuat lagi, akhirnya Pak Risman mengambil inisiatif untuk menyedot buah dadanya terlebih dahulu, meremasnya, memilinnya. Pak Yono terhenti sejenak di belakang istriku, sambil menggantungkan daster tersebut. Sepertinya libidonya naik kembali dan memiliki inisiatif baru. Tetapi dia harus berjaga di depan menunggu kepulanganku. Padahal aku berada di samping rumah sambil mengintip aksi ini. Aku melihat di sekitarku sangat sepi tidak ada orang sama sekali. Waktu kira-kira sudah menunjukkan pukul 1 siang. Sudah tiga jam pergumulan ini berlangsung. Akhirnya Pak Yono berkata lagi, "dik, aku mau jaga depan yah menunggu mas nar. Takut pulang." Istriku melihat Pak Yono, dan bingung harus berbicara apa, "tapi mas, mas kan belum keluar..." sambil tersengal-sengal. Pak Yono menjawab, "ga apa apa dik, lagipula senjata aku lebih kecil dari mas ris, nanti kalau aku masukin sekarang tidak ada rasanya dik." Istriku mengucap lagi, "baik mass, aku janji kalau ada kesempatan lagi aku balas budi mas dua kali lipat." Pak Yono tertawa sambil melempar senyum kepada Pak Risman. Istriku melanjutkan pergumulan itu lagi, sepertinya istriku benar-benar lemas. Akhirnya Pak Risman mengangkat istriku dan membalikkan posisinya. Istriku mengangkang dengan bulu-bulu kemaluannya yang sudah basah dan bau keringat bercampur cairan cintanya. Pak Risman berusaha memasukkan senjatanya lagi. "ohh...." lenguhan istriku ketika senjata itu masuk lagi. Pak Yono membakar rokok sambil berjalan ke arah pagar depan. Wah gawat aku bisa ketahuan, akhirnya aku memutuskan untuk memutari rumahku sambil mengintip di mana posisi Pak Yono. Sepertinya Pak Yono mencari-cari aku yang tak kunjung pulang. Aku tidak dapat lagi menyaksikan apa yang dilakukan Pak Risman dan istriku di dalam sana dan onaniku pun terhenti. Pak Yono sepertinya tidak menemukanku, ia merokok di depan pagar hingga dua batang. Sekiranya hampir 20-30 menit menunggu Pak Yono pergi kembali ke dalam. Saya sudah bisa melihat lagi ke arah dalam. Tetapi tidak menemukan istriku dan Pak Risman. Pak Yono pun tidak aku temukan. Yang aku lihat hanyalah pakaian Pak Risman di halaman samping dan daster istriku yang masih menggantung saja. Lalu aku memutuskan untuk memanjat dari tempat Rizal dan Doni mengintip untuk mencari di mana istriku berada. Akhirnya aku menemukannya, ia sedang berada di atas meja kayu setinggi lutut Pak Risman sambil mengangkang menyambut senjata Pak Risman. Pak Yono sambil merokok terus menyaksikan kejadian ini. Yang terdengar hanyalah lenguhan istriku berkali-kali, "uhhh.... hmmm... ehhh..." Setelah itu beberapa menit kemudian, istriku berkata lagi sambil tersengal-sengal, "mas ris kok belum keluar sih... apaaa akuu kurang memuaskan ya mass... uhhmm" Pak Risman menjawab, "dik Yola, kamu itu wanita tercantik yang aku pernah rasakan, aku ingin sekali cepat keluar, tapi nanti kita ga bisa dapat kesempatan seperti ini lagi." Istriku meracau lagi, "oooohhh... gillaaaa sssshhh... mass... puassinnn akuu yaahhh terusss ngeeehhh terussshh..." Pak Yono hanya tersenyum melihat istriku seperti itu. Pak Risman menjawab, "pasti dik Yola, aku sering sekali beronani sendirian membayangkan kamu seandainya saja kamu istriku." Istriku mengangguk-anggukkan kepalanya dengan terus memejamkan mata, dan mulai berkata, "maasss... harii inii... akuuu istriiimuu..." Pak Yono menimpali, "mas naryo gimana dong?" Istriku diam saja sambil terus merasakan kenikmatan ini. Istriku berkata lagi, "masss... akuuu hauss lagiii...." Pak Risman menurunkan istriku diarahkannya ketembok sambil tetap menancapkan senjatanya. Lalu mencium istriku melumat bibirnya memberikan air liur kepada istriku hingga menetes keluar dari bibir indah istriku. "ohhh gilaaa... ssshhmmm...", racauan istriku lagi. Pak Yono mengajak Pak Mamat dan Pak Bayu bermain kartu di depan. Dan pamit sebentar kepada mereka untuk menggulung tikar mengambil daster istriku serta pakaian Pak Risman.

Tiba-tiba saja kami dikagetkan oleh Pak Mamat dan Pak Bayu di depan pintu. Istriku melotot ke arah Pak Yono tetapi tidak juga melepaskan serangan Pak Risman. Pak Yono buru-buru ke depan sambil mengajak mereka bermain kartu. Pak Yono kembali belakang ia berkata kepada istriku, "dik ada Pak Mamat dan Pak Bayu tuh." Istriku melihat Pak Yono, "mass... sebentar lagii... yahhhh... tanggunngg..." Pak Yono hanya tersenyum kepada Pak Risman, dan berkata, "apa mau di ajak sekalian dik?" Istirku melotot dan marah, "ngawur aja kalo ngomong emangnya aku apaan!!!" Akhirnya setelah 4 jam permainan ini, Pak Risman mencapai orgasm pertamanya, "dik Yola... aku keluarrr yaahhhh...." Istriku yang sudah tidak sadar lagi siapa dirinya, cuma mengangguk-angguk sambil melihat Pak Risman dengan memelas "ohh mass... aku juggaaa...." Istriku berteriak keras sekali, "ahhh.... ngeeehhh... ssshhhhhh..." Akhirnya dikeluarkannya sperma Pak Risman di dalam liang kewanitaannya. "yeaahh", suara terdengar dari Pak Risman. "banyaakkk... duhhh...", istriku berkata. Istriku lemas sekali entah ini orgasm ke 3 atau ke 4. Karena saya tidak melihatnya selama 30 menit tadi. Akhirnya dengan rambut yang acak-acakan, tubuh penuh tanah, ada sisa-sisa sperma yang menetes di tanah. Badannya bau keringat, sperma dan air liur. Ia terduduk di tanah. Tidak mampu berdiri lagi. Pak Risman meninggalkan istriku di sana, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Entah apa yang dikatakan Pak Yono di depan sana, tetapi mereka seperti sedang tertawa-tawa setelah mendengar teriakan istriku tadi. Seselesainya Pak Risman membersihkan dirinya, ia berpakaian sambil melihat istriku yang masih terduduk lemas dan memejamkan matanya ke arah langit-langit. Akupun harus menghindar karena bisa kelihatan klo sedang mengintip. Pak Risman namun berkata, "dik Yola, kamu sungguh wanita idamanku. Terima kasih banyak yah..." Istriku kemudian menoleh dan melempar senyum kepada Pak Risman, "aku juga terima kasih mas... ini pertama kalinya aku merasa terpuaskan seperti ini.. hosh hosh... jangan bilang-bilang mas nar yah mas. Tolong!" Pak Risman tersenyum, "ya ga lah dik, bisa gawat atuh kita." Pak Yono sudah kembali dan memanggil Pak Risman. Akhirnya mereka meninggalkan istriku dalam keadaan seperti itu karena tidak ingin ketahuan Pak Mamat dan Pak Bayu. Istriku masih terkulai lemas di tanah itu sambil terus terengah-engah dengan wajah penuh kepuasan ia tersenyum sendiri. Sekiranya 10 menit dari itu. Istriku mencoba bangkit. Pak Yono kembali lagi ke belakang untuk melihat keadaan istriku. Pak Yono membantu istriku menuju kamar mandi. Sambil menggantungkan daster nya tadi. Istriku berkata kepada Pak Yono, "mas tolong ambilin handuk yah di samping." Pak Yono pergi ke samping dan mengambil handuk. Hampir saja aku keliahatan. Lalu aku memutuskan untuk pulang sekarang aku ingin tahu seberapa paniknya mereka melihat aku kembali. Lalu suara motorku kunyalakan dari kejauhan terdengar suara motor yang sudah ingin sampai di rumah. Lalu sesampainya di rumah Pak Risman buru-buru masuk ke dalam memanggil Pak Yono. Pak Yono dan Pak Risman pun keluar, sedangkan aku mendengar suara istriku gedebukan di belakang. Sepertinya buru-buru mengenakan daster. Lalu Pak Yono dan Pak Risman bermain lagi dengan Pak Mamat dan Pak Bayu. Akupun bersiap untuk bergabung bersama mereka. Aku memanggil lagi istriku "mahh, kopi nya dong disiapin..." Istriku menjawab, "ia pahh" Akhirnya tak lama istriku keluar dan memberikan kopi itu kepada mereka. Istriku pun keluar membawa kopi. Agak basah kumelihat daster itu menyetak bentuk buah dadanya putingnya dan terlebih lagi ternyata BH dan CD istriku masih di kantong Pak Yono. Aku dapat melihat putih-putih sedikit dari kantongnya. Aku bertanya kepada istriku, "kok basah gini mah? keringetan?" Istriku melirik Pak Yono dan Risman, "i..iyaa mass... tadi abis beres-beres abis mas lama sih perginya." Akupun menjawab, "ia tadi ngobrol dulu sama Pak Soni jadi lupa waktu deh." Waktu menunjukkan pukul 2 siang berarti pergumulan itu berlangsung selama 4-5 jam. Sambil menunduk dan meletakkan kopi saya rasa Pak Mamat dan Pak Bayu serta Pak Risman maupun Pak Yono dapat menyaksikan payudara istriku yang sudah tidak mengenakan apa-apa lagi. Lalu aku menyeletuk kecil,"mah kok ga pake BH sih... ga malu apa" Istriku cuma menjawab, "panas pah..." Pak Yono dengan kurang ajarnya mendengar kami, "gpp mas nar... bonus... hehehehe...." Lalu akupun berlagak tertawa kepada mereka. Istrikupun tertawa puas.

Aku sebenarnya marah kepada istriku, "Mengapa Aku Dikhianati?" Aku sendiri bingung apakah ini semua salahku? Aku yang mebuat ini semua terjadi? Mengapa aku sangat menginginkan hal ini? Darahku terus berdesir dan jantungku berdegup setiap kali tatapan Pak Risman dan Pak Yono kepada istriku. Setiap kali ejekan dan candaan Pak Risman dan Pak Yono kepada istriku. Antara bangga,cemburu,senang,horny,bahagia, tidak tahu lagi yang mana yang aku rasakan.

Ketahuilah ini bukanlah akhir, melainkan awal dari semua aksi eksibisionis Yola, istriku, wanita yang sangat kucintai menuju ke arah yang lebih tinggi lagi yang akan diceritakan di Part 4.

istri eksibisionis 2

Lanjutanya gan

Seingat saya waktu itu sekitar hari raya lebaran pada tahun 2005, pada hari raya seperti ini keadaan desa kami menjadi sangat ramai dan sangat rawan sekali dengan pencurian. Banyak sekali kejadian barang yang hilang, hal ini justru terjadi ketika sedang ramai-ramainya kita bersilaturahmi ke rumah para tetangga. Oleh karena itu, kami mengadakan ronda keliling desa secara bergilir membantu memeriksa keadaan rumah yang lupa di tutup pintunya baik pintu belakang maupun pintu depan dan sebagainya. Kejadian Doni dan Rizal mengintip istri saya sudah berlalu sekitar 2 bulan lamanya. Seperti yang sudah kalian ketahui, semenjak kejadian aksi istri saya di depan Doni dan Rizal membuat saya tidak dapat melupakan hal itu terutama ketika saya melakukan aktifitas suami istri kami di ranjang. Saya menjadi sangat bernafsu dan cepat sekali mengalami ejakulasi. Hampir selama ini kami berhubungan mungkin dapat dihitung dengan jari istri saya dapat mencapai "kepuasannya". Dan, sejauh ini saya berpikir memang itu adalah kesalahan saya membiarkan istri saya diintip oleh anak-anak kampung itu. Sesekali muncul perasaan kesal dan menyesal dalam hati saya. Akan tetapi, dorongan nafsu birahi yang melanda senjata saya jauh lebih besar untuk membiarkan istri saya melakukannya.

Pada saat itu siang hari, kami sedang bersilaturahmi keliling dengan para tetangga kami, entah mengapa ketika saya berkunjung ke rumah Doni dan juga setelah itu berkunjung ke rumah Rizal. Kami terutama saya, merasakan hal yang aneh, saya merasa istri saya sedang diperhatikan oleh Doni maupun Rizal. Setiap kali mereka mengajak bercanda istri saya atau mengajak berbicara saja, saya seperti terdorong perasaan cemburu, senang, dan bernafsu. Nampaknya hal ini juga terjadi pada istri saya, terlihat dengan mukanya memerah setiap kali bercanda dengan mereka dan nampak sekali bahwa istri saya memperhatikan kedua anak ini. Seusai bersilaturahmi dari rumah Rizal, waktu sudah menunjukkan pukul 19:00 malam. Kami berbenah diri untuk bersiap-siap tidur, sudah lama saya tidak melihat kehadiran ataupun mendengar Doni dan Rizal mengintip istri saya lagi semenjak kejadian di heboh istri saya bermasturbasi di depan mereka seperti yang di ceritakan di Part 1. Hal ini membawa sedikit kekecewaan sekaligus ketenangan bagi saya.

Seusai kami mandi kami bersiap untuk tidur, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 21:00 malam. Ketika kami sedang bersiap-siap mengunci-ngunci rumah, tiba-tiba saja istri saya "menyosor" ingin meminta jatah malam ini. Tanpa berpikir panjang lagi, sayapun menyambut ciuman istri saya dengan kuluman hisapan dan kecupan lembut. Oh yah, saya belum sempat bercerita, sekiranya dua bulan lalu, istri saya menjadi "malas" menggunakan pakaian dalam ketika berada di rumah. Terlebih lagi, akhir-akhir ini keadaan sangat panas di desa kami karena kami belum memiliki AC hanya kipas saja, istri saya lebih senang untuk tidur telanjang. Dan sayapun merasa tidur telanjang berdua lebih nyaman. Sepertinya inipun merupakan salah satu dampak samping dari "aksi" istri saya di depan Doni dan Rizal, yaitu eksibisionis. Hanya saja selama 2 bulan terakhir ini saya tidak pernah melihat kehadiran mereka, mungkin istri saya jadi ingin "memamerkannya" kepada saya berhubung tidak ada lagi orang yang dapat dipamerkan. Saat itu, istri saya mengenakan daster berwarna orange saya merasa yola seksi sekali malam itu. Sambil lidah kami menyatu dan berpautan, tanganku pun tidak bisa tinggal diam, mulai meraba-raba dada 34 C istri saya tersebut dan memang sudah tidak mengenakan Bra lagi. Saya memilin dan meremasnya dengan "sedikit kasar" nampaknya yola pun menyukainya sambil berteriak manja, "awwww.... ihh..." Aku hanya menyeringai dan menciumnya kembali. Akupun tidak sabar menantikan apa yang ingin kami lakukan selanjutnya dengan istriku yang sangat amat bernafsu malam ini. Di satu sisi aku takut tidak mampu memuaskannya lagi malam ini, di satu sisi aku ingin sekali cepat-cepat "menyantap" tubuh istriku yang sexy ini. Akhirnya aku mengangkat istriku dan membawanya ke kamar tidur, setelah mengunci pintu kamar, sayapun membuka seluruh pakaian saya, dan ternyata istri sayapun sudah tidak mengenakan pakaian sehelaipun. Tanpa menunggu lama lagi, saya langsung saja mencolokkan jari saya ke dalam liang kewanitaannya. Ia pun mendesah kecil, "uhhh...." Saya dengan mata penuh nafsu memandang istri saya yang sedang bernafsu tinggi seperti kuda liar bergerak ke sana kemari, dengan mata terus terpejam memandangi arah atas menikmati sodokan demi sodokan dari jari saya. Tak lama setelah itu, istri saya tersadar dan ingin secepatnya menyuruh saya memasukkan senjatanya ke dalam liang kewanitaannya. Lalu ia menarik kejantanan saya ke arah mulutnya, di hisapnya kuat-kuat senjata saya. Saya sampai berkomentar, "duh mamah, jangan keras-keras dong." Yola menjawab sambil cekikikan, "hihi... abis lucu si pah... gemezzzz" Lalu yola menghisapnya dengan lembut dan enak sekali, aku semakin mulai tidak konsentrasi dengan kocokan jari-jariku di dalam kemaluannya. Sekiranya 15 menit sudah berlalu, istri saya belum juga melepaskan senjata saya dari mulutnya, padahal saya sudah sangat tidak tahan lagi jika terlalu berlama-lama di mulutnya bisa "berbahaya". Lalu saya harus berpikir cepat sebelum saya "mencapai puncak", maka saya mulai berpikir untuk mencopot cincin kawin saya (agar tidak menyakiti), lalu memasukkan ke 5 jari saja ke dalam kemaluan istri saya secara perlahan. Agar dianggap seperti "senjata raksasa" yang sedang masuk ke dalam vaginanya. Ia pun mulai merasakan enaknya dari ke 5 jari tersebut, saya putar saya sodok keluar masuk ia mengelak-ngelak kepanasan sangat horny sekali. Akan tetapi, saya ternyata lengah, melihat istri saya sangat bernafsu seperti ini, sexy, seperti wanita gila sex, ia melahap senjata saya lebih kuat lagi dan lebih cepat lagi, tiba-tiba saja bayangan saya adalah Doni dan Rizal tadi siang yang sedang bercanda seperti "menelanjangi" istri saya. Maka, tak tertahankan lagi... Lahar panas itu menyembur dengan keras dan cepatnya ke dalam mulut istri saya. Sebagian menetes ke lehernya, aku tahan dengan pakaian kotor kami, sebagian besar masuk ke dalam mulutnya dan yang saya herankan selama ini istri saya tidak pernah mau dikeluarkan di dalam mulut. Tetapi kali ini, ia malah menelannya!!! Sayapun terheran-heran akan kelakuan istri saya ini. Ada apakah gerangan? Saya benar-benar tidak dapat memahami hati wanita yang sedang horny seperti ini. Lalu, usai sudah pergumulan kami, sayapun meminta maaf lagi kepada istri saya, "duh... maaf ya mah, mama blm keluar yah?" Yola pun menjawab dengan sedikit kesal namun tersenyum, "iiyah pah, gak apa apa, papa jorok ih masa di mulut mama..." Akupun bingung ingin menjawab apa, ingin sekali aku menanyakan "kalau jorok kok ditelan?" Tetapi aku tidak ingin menyakiti perasaan apapun terlebih lagi aku belum dapat "memuaskan" dia lagi malam ini. Kami pun dengan keadaan masih terengah-engah, tanpa mengenakan pakaian sehelaipun, kamipun tertidur.

Sekiranya pukul 01:00 dini hari, saya terkaget mendengar ketukan di jendela kamar kami sambil memanggil-manggil nama saya, "Pak Naryo! Pak Naryo!". Lalu saya pun dengan mata masih berat menggeser istri saya untuk terlentang, dan membuka gorden jendela kami, saat itu kamar kami dalam keadaan gelap, jadi dari luar sana tidak akan langsung dapat kelihatan secara sempurna. Namun saya melihat mereka adalah Pak Mamat, Pak Yono, Pak Risman, dan Pak Bayu.

Keempat orang ini adalah:
1. Pak Yono ini merupakan pengangguran di desa ini. Hidupnya hanyalah menjadi benalu dari orang-orang desa ini. Yang saya maksud benalu adalah ia sering kali berkunjung untuk "bermain" dengan para tetangga. Berpura-pura silahturahmi padahal ia mau numpang makan. Biasanya pada hari minggu ia selaku datang ke rumah kami untuk bermain catur atau ngopi bersama Pak Risman. Pak Yono memiliki ciri-ciri gendut karena tidak ada aktifitas dan menjadi benalu di sana sini dan wajahnya sangat tidak menarik.

2. Pak Mamat dan Pak Bayu adalah petugas keamanan di desa kami, mungkin tidak terlihat seperti satpam di kota-kota besar. Akan tetapi, karena mereka tidak memiliki kerjaan yang pantas maka mereka diberi tugas oleh RW kami untuk menjaga keamanan di desa kami.

3. Pak Risman merupakan tetangga terdekat dari rumah kami. Ia adalah seorang duda dan pengangguran. Kebanyakan orang minta bantuan dia untuk membesihkan halaman, merawat kuburan, perbaikan rumah, dan sebagainya. Sayapun juga sering meminta bantuan dia. Ciri-ciri Pak Risman adalah kurus dan cukup bau keringet.

Lalu setelah membuka gorden jendela saya, sayapun bertanya sambil mengucek-ngucek mata, eh bapak-bapak ada apa nih kok di rumah saya? Pak Mamatpun berkata, "a...anu... pak, saya lihat tadi pagar rumahnya dan pintu depannya belum terkunci jadi saya mau bangunin Pak Nar untuk dikunci yang baik pak, banyak pencuri klo lagi lebaran gini pak." Lalu saya kaget, dan berkata, "wah masa sih blm di kunci?!" Sayapun teringat, ketika saya sedang mengunci-ngunci tadi istri saya kan meminta jatah, ohh pantesan. Lalu saya pun panik dan bergegas untuk ke depan, dengan hanya mengambil sarung untuk menutupi tubuh bagian bawah saya, lalu menyelimuti istri saya seadanya karena dia tidur sedang telanjang dan telentang begitu saja seperti bayi kecapaian. Saya lupa untuk menutup gorden itu lagi, saya menyalakan lampu kamar saya dan langsung membawa senter sebagai senjata takut-takut ada maling masuk. Lalu setelah saya memeriksa semua keadaan isi rumah, dan ternyata aman. Sekiranya 5-10 menit saya keliling rumah untuk menyalakan semua lampu-lampu rumah. Sambil berjalan ke arah pintu utama di depan untuk berterima kasih kepada mereka. Setelah saya membuka pintu depan, saya tidak melihat adanya kehadiran mereka di sana. Lalu saya teringat apakah jangan-jangan mereka masih di depan jendela saya? Saya lupa menutup gordennya? Perasaan panik, marah, cemburu, muncul di pikiran saya. Namun, sambil berjalan ke arah kamar aku berpikir kembali. Oh, tadi kan saya sudah menyelimuti istri saya. Jadi ga akan bisa dilihat lah kalaupun lupa menutup gorden. Pikiran terasa tenang kembali. Lalu muncul lagi pikiran aneh, tetapi mengapa keempat orang tadi tidak ada di pintu depan? Ke mana mereka? Perasaan tegang muncul kembali dalam diriku. Secepatnya aku berlari ke arah kamar. Membuka kamar, dan saya mendengar suara seperti sedang berlari di luar sana. Apakah mereka berlari ketika saya membuka pintu? Sayapun tidak dapat melihatnya dengan jelas karena, mata saya tertuju pada, gorden yang terbuka lebar, lampu kamar menyala terang berwarna kuning, istri saya yola, sang wanita yang periang dan dikagumi oleh banyak pria di desa ini terutama keempat bapak-bapak tadi. Istri saya tidak mengenakan selimutnya lagi, jadi jika mereka tadi berdiri di depan jendela, mereka tentunya dapat melihat tubuh istri saya yang tertidur telentang tanpa sehelai benangpun pada tubuhnya. Bulu-bulu lebat pekat karena cairan cinta akibat permainan kami sebelumnya pun dapat terlihat dengan jelas. Yang lebih mengherankan adalah seingat saya tadi saya sudah menyelimuti istri saya dengan rapih dan benar, mengapa sekarang selimutnya bergeser ke arah kanan, seperti sengaja di buka oleh istri saya. Seribu pertanyaan muncul di benak saya, bertanya-tanya apakah jangan-jangan istri saya dari tadi sudah bangun? Dan berpura-pura tidur sehingga bisa "show off" kepada keempat bapak-bapak ini? Ataukah hanya kebetulan mungkin istri saya tidak sengaja bergerak sehingga selimut tersebut tersingkap secara tidak sengaja? Jika menar tersingkap, mengapa selimut itu rapih bergeser seluruhnya ke kanan? Seperti sengaja di buka. Ah mungkin hanya kecurigaanku saja, di saat itu pula, di saat pikiranku sedang berkecamuk, senjata kebanggaanku tiba-tiba mengeras dengan sendirinya. Namun saya harus kembali ke depan secepatnya karena mereka mungkin sekarang sudah berada di pintu depan. Saya berusaha menenangkan diri terlebih dahulu dengan menyelimuti kembali istri saya. Dan, menunggu "senjata" saya mengecil untuk bisa keluar bertemu dengan mereka.

Sesampai nya di depan, saya melihat mereka sedang berdiri di depan pintu. Maka saya memutuskan untuk mengajak mereka beristirahat sejenak untuk minum kopi agar ronda malamnya lebih lancar. Ketika duduk mereka tersenyum senyum kepadaku dan Pak Yono memang dia agak ceplas ceplos dan kurang ajar berkata, "eh sory nih mas ganggu yah malam-malam lagi abis ngapain tuh cuma pake sarung ajah, hehe..." Saya walaupun jengkel atas kekurangajarannya saya tetapbersikap baik dan berkata, "oh ga pak saya lagi kepanasan aja." Lalu, sayapun berterima kasih atas perlakuannya memberitahukan pintu kami tidak terkunci. Sekiranya setengah jam kami bercanda tertawa bersama sambil bercerita tentang maling yang rawan dikala lebaran. Kamipun tertawa keras atas candaan Pak Bayu tentang bagaimana mereka pernah menangkap maling sebelumnya.

Waktu menunjukkan pukul 01:45 dini hari, saya mulai merasakan gerah dan sepertinya ingin ke kamar kecil karena saya belum buang air kecil semenjak pergumulan dengan istriku semalam. Setelah tertawa bersama tadi, sayapun mohon diri untuk ke kamar kecil. Namun, saya berjalan melalui dapur ke arah halaman belakang. Dalam perjalanan saya menuju kamar mandi, saya melihat jendela kamar saya yang tadi masih menyala terang dengan gorden yang tidak ditutup. Seperti yang sudah saya ceritakan pada Part 1 bahwa jendela kamar tidur saya bersebrangan dengan kamar mandi kami dan posisi kamar mandi memang berada di halaman belakang tidak menjadi 1 dalam 1 rumah karena persyaratan air bersih 10 meter dari jamban masih berlaku di desa ini. Ketika aku sedang membuang air kecil, karena pintu kamar mandi kami yang kuno, saya dapat melihat kamarku sambil pipis. Aku melihat istriku sepertinya terbangun dan masih dalam keadaan telanjang dan sepertinya haus ia mengambil gelas kosong di dekatnya dan bergegas ingin keluar untuk mengambil minum sepertinya. Aku panik sendiri apakah istriku tidak tahu bahwa sedang ada tamu? Bukankah ia bangun karena kami tertawa keras? Ataukah ia sengaja ingin keluar telanjang di depan mereka? Aku ingin bergegas memberitahukan istriku bahwa sedang ada tamu melalui jendela tetapi aku belum selesai membuang air kecil di sini. Dan terlambat sudah, tak dapat aku cegah lagi, istriku hanya dengan sebuah gelas di tangannya dengan tubuh sedikit berkeringat serta bulu kemaluan lengket atas cairan cinta tadi. Istriku membuka pintu kamar kami dan terdengar suara gaduh dari mereka berempat, "WOOWWW...!!!" seru mereka.

Pikiranku kacau berkecamuk tidak karuan antara tertawa,tegang,marah,panik, horny, aku tidak tahu lagi. Yang aku tahu, darahku berdesir lebih sangat cepat dan jantungku berdebar sangat keras, belum pernah aku merasakan hal seperti ini, kejadian Doni dan Rizal pun tidak pernah se-extreme ini sensasi yang aku rasakan. Aku sendiri bukannya langsung berlari ke arah ruang tengah malah memilih untuk berlari ke arah jendela kamarku dan bersembunyi dan menyaksikan lebih dekat apa yang akan dilakukan istriku tentang ini. Senjataku sudah langsung bereaksi akibat hal ini. Istriku dengan masih mengucek-ngucek mata sedikit kaget dan berkata, "lho... eh... aduhh... bapak-bapak kenapa di sini malam-malam begini? Mas Naryo ke mana?!" Sambil sedikit berusaha menutupi dadanya, tetapi karena memegang gelas maka bulu-bulu kemaluannya terlihat bebas. Keadaan seperti sunyi sejenak, semua terpana akan bidadari malam mereka yang mereka lihat. Mereka juga merupakan beberapa pria di daerah ini yang sangat mengagumi istriku mungkin bukan karena kecantikan semata tetapi ini adalah yola wanita yang terpopuler di desa ini, wanita terhormat, wanita yang dikagumi oleh seluruh warga. Dan, sekarang bidadari mereka sedang berdiri pasrah tanpa sehelai benangpun di hadapan mata-mata pria kesepian ini. Pikiranku sangat kacau akankah mereka memperkosa istriku? Akankah istriku menikmatinya? Mengingat ia semalam belum terpuaskan olehku. Aku bingung sekali. Namun, lamunanku itu buyar menjadi amarah setelah dikagetkan oleh kekurangajaran Pak Yono yang menjawab pertanyaan istriku dengan, "oh Mas Nar tadi keluar sebentar, kami di suruh jaga rumah ini, takut ada maling". Sambil melirik dan tersenyum ke arah teman-temannya Pak Yono menyambung lagi, "dik Yola ga usah malu tadi kita semua udah melihat liat dik Yola tidur telanjang kok soalnya tadi kita keliling rumah untuk jaga-jaga maling selama mas Nar pergi." Istriku menjawab, "eh iya maaf ya bapak-bapak habis di rumah gerah sih" sambil dengan perlahan menurunkan tangannya tidak lagi menutupi tubuhnya. Kini mereka benar-benar tertegun dan menelan ludah melihat tindakan istriku. Pak Mamat bertanya, "anu... dik Yola butuh apa kok malam-malam bangun?" Istriku sudah mulai relax dengan keadaan ini berkata dengan agak serak, "itu pak haus mau ambil minum..." Pak Bayu dengan cepat berdiri dan berkata, "sini saya ambilkan, dik Yola duduk saja di sini. Istriku menjawab, "ehh... tidak usah pak aku ambil sendiri aja sekaligus bapak-bapak mau kopi? saya buatkan" Mereka cuma tertawa dan tersenyum saling melihat dan memperhatikan istriku tercinta dengan santainya berjalan ke arah dapur dan membuatkan Kopi untuk mereka. Pak Yono tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, si gendut jelek ini mengikuti istri saya ke dapur untuk membantu istri saya. Saya tidak dapat melihat dapur dari sini. Maka saya harus berputar sedikit ke arah pintu belakang dapur dan mengintip istri saya bersama pria gendut ini "bertelanjang" ria membuat kopi. Namun, Pak Yono mulai menggodanya, "dik Yola ga kedinginan malam-malam ga pakai baju tidur sendirian lagi?" Istriku dengan nada sebal menjawab, "eh ga kok, panas akhir-akhir ini. Emang mas Nar ke mana sih mas?" tanya istriku. Pak Yono dengan sambil terus memandangi tubuh istriku berkata, "oh kurang tau ya tadi si kita cuma dimintain tolong jaga kamu aja sih hehe..." Istriku hanya diam saja sambil melanjutkan acara buat kopinya. Pak Bayu ternyataa menyusul ke belakang, sambil berkata, "hayoo... ngapain berduaan di belakang lama bener lagi." Istriku menyeletuk sebal, "ya ga ngapa-ngapain Pak orang lagi buat kopi." Pak Yono bercanda lagi, "buat kopi dengan susu murni dong!" Sambil tertawa kurang ajar. Tetapi nampaknya istriku pun tertawa mendengar lelucon itu. Istriku sambil cekikikan berkata, "Pak kopinya tolong di bawaiin ke depan awas panas." Pak Yono menyeletuk lagi, "dari tadi kita-kita juga udah panas dik, apa salahnya kalau bawa yang panas-panas lagi hehe..." Istriku cuma diam saja dan tersenyum ke arahnya sambil membawa secangkir kopi dan segelas air ke ruang depan. Ketika menaruh kopi itu di meja depan istriku menunduk dan disaksikan oleh mereka tertegun memandangi dada istriku yang ternyata pentilnya keras sekali. Terlihat sekali bahwa dada istriku seperti mengacung kedepan. Apakah ia horny atas perlakuan kurang ajar ini? Apakah ia benar-benar sudah kehilangan akal? Bertelanjang seperti ini. Pak Yono lagi-lagi menggoda, "dik Yola, kata mas Nar tadi malam abis itu yah." Istriku mengkerutkan dahinya dan berkata, "masa mas Nar bilang-bilang sih?!" dengan keheranan. Pak Yono menyeletuk lagi, "hehe... ga bilang kok cuma nebak-nebak aja kayaknya bener tuh hehe ketauan yahhh." Semua tertawa. Istrikupun tertawa malu, sambil memukul pundak Pak Yono, "idih apaan sih! uda ah aku mau tidur lagi, tar mas Nar keburu pulang." Loh kok? Saya tidak mengerti apa maksud dari kata-kata istriku itu? Jika memang ia sudah tidak sungkan telanjang di depan mereka, kenapa harus takut akan kehadiran saya? Pak Yono menyeletuk, "oh jadi kalau ga ada mas Nar mau yah telanjang ama kita-kita?" Istriku, yolaku, bidadariku, berjalan meninggalkan mereka ke arah kamar lalu membalikkan kepalanya sambil menyibakkan rambutnya melempar senyum kepada mereka semua. Terdengar suara gaduh dari mereka, "Wiihhhh... Suit suittt... hoho..." Lalu istrikupun masuk ke kamar dan menutupnya. Sedangkan aku, terdiam seperti patung, marah, cemburu, sedih, kesal, melihat senyum istriku cantik sekali indah sekali senyumnya saat itu. Seperti senyum ingin "dilahap" oleh para serigala ini. Tetapi, memang nafsu dan senjataku tidak pernah berbohong, sekarang senjataku sudah keras seperti balok kayu. Aku melihat istriku di kamar menghela nafas panjang sambil duduk di sisi ranjang. Tatapannya kosong, entah apa yang sedang ia inginkan dan pikirkan? Apakah ia menanti mereka masuk ke dalam kamar? Apakah ia menanti seseorang di antara mereka berani masuk kamar untuk mencumbu istirku? Apakah aku akan diam saja melihat mereka mencumbu istriku? Ataukah aku masuk sekarang dan membatalkan niat istriku? Atau aku menunggu lebih lama lagi melihat apa yang terjadi? Pikiran ku sudah benar-benar gila. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke dalam, dan melihat kopi di meja mereka sambil bertanya, "wah uda pada buat kopi sendiri ya?" Pak Mamat dengan terbata-bata menjawab, "eh anu pak ia maaf kalau ga sopan abis ngantuk pak." Pak Yono tersenyum-senyum bersama mereka sambil berpura-pura bertanya, "dik Yola mana mas? kita mau pamitan pulang nih." Aku berpura-pura menjawab, "kayaknya masih tidur deh, coba saya lihat dulu." Mereka terus-terusan tersenyum girang atas kepolosanku, aku melihat yola di kamar sedang duduk, sambil berkata, "mah, ini ada rombongan ronda tadi jaga rumah gara-gara lupa kunci pintu. Mau pada pamitan." Istriku menjawab "oh ia pah sebentar" Akupun kembali keluar, lalu tak lama istriku membuka sedikit pintu kamar kami sambil menyembunyikan tubuh telanjangnya di balik pintu, dan berkata kepada mereka, "eh ia bapak-bapak terima kasih." Ketika aku bersalaman dengan mereka ternyata Pak Yono dan Bayu menghampiri istriku minta untuk bersalaman, akhirnya dengan terpaksa istriku membuka sedikit lebih lebar untuk dapat mengeluarkan sebagian bahunya keluar kamar untuk bersalaman, di saat itu juga aku melihat bahwa dada kanan istriku mencuat keluar kamar dan terlihat oleh kami semua, tetapi aku berpura-pura tidak melihat. Sambil membiarkan dada kanannya terlihat istriku melambaikan tangan kepada mereka untuk berpamitan, dada tersebut berguncang ke kanan dan ke kiri. Pak Yono berjalan sambil terus memandangi dada istriku dan berkata kepadaku, "terima kasih kopi susunya ya Pak Nar." Secara serempak, Pak Mamat,Pak Risman, Pak Bayu, dan Pak Yono tertawa terbahak-bahak.


Aku memaklumi mengapa mereka tertawa seperti itu. Aku kembali ke dalam kamar, kali ini tidak lupa mengunci semua pintu. Melihat istriku berbaring dan tatapannya masih kosong entah apa yang ia pikirkan, yang aku tahu dadanya sangat keras mengacung tajam sekali. Belum pernah aku melihat istriku seperti ini. Sepertinya ia sangat-amat horny. Ia pun berkata, "pah, terusin yang semalam yuk." Tanpa berlama-lama lagi aku menancapkan senjataku, dan ternyata mudah sekali masukknya karena ia sudah teramat sangat basahhh. Istriku berteriak meracau tidak karuan,"ohhh ssshhhh.... enakkkk pahh... terusin pahhh terusss" Aku pun menghujamkan senjataku secara cepat dan kasar. Meremas dada istriku dengan kasar memilinnya dan menarik pentilnya. Istriku berteriak keras, "awww..... ssshhh terussss....." Aku menghisap dada istriku, dada kanan yang telah dipamerkan kepada mereka tadi. "Dada yang nakal" menurutku dalam hati. Kuhisap kau dada nakal, ku kenyot sekeras mungkin. Kugigit perlahan namun kuat. Istriku meracau lagi, "pahhh uhhhh.... isshhhh....ehhhh...." Dan tidak sampai 5 menit permainan ini, istriku berkata "pahh akkkuuu... keluarrrrrrr..... ngeeehhhh.... ssshh ngehhh...." Seperti pada Part 1 kalau istriku mencapai puncaknya ia bersuara seperti kambing aneh. Dan akupun tak dapat terbendung lagi, tersemburlah semua lahar panasku ke dalam liang indah istriku. Akupun menjerit tertahan, "ughh...." Keluarlah semua di dalam rahimnya. Istriku berkata, "papah hebat malam ini." Dalam hatiku berkata, bukan aku yang hebat, tetapi kamu yang sudah kepalang tanggung kan? Kamu mengharapkan mereka yang memuaskanmu kan malam ini?

Antara marah, benci, ingin aku menampar istriku atas kelakuannya seperti wanita murahan tadi, terlebih lagi perlakuan Pak Yono yang memperlakukan istriku seperti istri yang ingin ia bias "pakai" sesuka hati. Membuat aku bingung dan dilema antara ingin dan berharap istriku diperlakukan seperti itu lagi, bahkan sesekali aku berpikiran untuk membiarkan istriku di-"pakai" oleh Pak Yono, si gendut jelek. Jika saja tadi mereka ingin me-"makai" istriku mungkin yang aku lakukan hanya berdiam diri bersembunyi dan mengintip membiarkan mereka mengayuh lautan birahi bersama istriku, mendengar racauan desahan istriku bersama mereka dari balik jendela. Aku tidak dapat berpikir jernih lagi semenjak saat itu, aku terus-terusan di bayang-bayangi oleh lemparan senyum istriku kepada mereka berempat senyum seperti minta di-"pakai" oleh mereka. Senyum seperti ingin mendapatkan sesuatu yang lebih memuaskan dari mereka. Terlebih lagi istriku duduk di kamar dengan menghela nafas panjang, dengan tatapan kosong, seperti berharap menanti menginginkan sesuatu datang dan membuka pintu kamarnya, mencumbunya, memanjakannya, melepaskan semua “Hasrat Terpendam” nya selama ini yang tidak dapat ku selesaikan. Oh tidak!!! Aku sendiri terus menerus berpikiran bahwa pada saat itu tadi jika aku tetap bersembunyi apakah mereka mau menyetubuhi istriku beramai-ramai? Memuaskan birahi istriku yang sudah 2 bulan terakhir ini tidak terpuaskan oleh kejantananku. Apakah aku sudah gila?


istri eksibisionis 1

Cerita di bawah ini merupakan 80% kisah nyata yang direvisi oleh saya Naryo selaku suami, bersama sahabat cyber saya bernama Raka (perlu diingat bahwa Raka akan muncul di part 3 dari kisah berkelanjutan ini). Nama yang akan di tampilkan dalam sepanjang cerita "Istriku ternyata Eksibisionis" ini adalah 100% nama pendek dan nama panggilan dari nama asli kami.

Saya (Naryo) 32 tahun dan Istri (Yola) 29 tahun, kami sudah menikah selama 7 tahun lamanya (Sejak Tahun 2005). Saat ini sudah tahun 2012, Agustus. Sedikit bercerita tentang istri saya selaku tokoh utama dari kisah nyata ini, ia memiliki penampilan cukup sederhana dan menarik, angat periang, dan memiliki banyak teman. Menurut Raka, istri saya cukup cantik dan menarik jika diberi angka 1-10 ia memilih angka wajah (7.5) dan badan (7). Dan ia seperti memiliki darah keturunan chinese hanya sekitar 20% saja (tidak terlalu kelihatan).

Tokoh-tokoh dalam kisah Istriku ternyata Eksibisionis Part 1 (Obsesi Yola):
- Naryo (penulis, saya, suami dari Yola)
- Yola (tokoh utama dalam cerita ini, istri dari Naryo)
- Raka (teman cyber online saya)
- Doni (pelajar SMU 1, anak dari tetangga di desa kami)
- Rizal (teman doni, lebih pendiam)
- Pak Yono (sang benalu desa, orang yang kurang ajar, tidak tahu malu, gendut, tidak menarik, pengangguran)
- Pak Risman (pekerja keras, sangat hormat kepada semua orang terutama saya dan istri saya)
- Pak Soni (tetangga sekaligus sahabat keluarga kami)

Kisah ini akan saya ceritakan dari awal mulanya mengapa saya menyatakan istri saya seperti kebanyakan orang berkata tentang istilah eksibisionis, yakni suatu tindakan yang menyukai jika orang lain melihat dirinya tanpa busana atau hanya mempertontonkan bagian-bagian aurat tertentu kepada public.

==================================================
Pada Cerita Part 1 ini merupakan kisah 5 tahun lalu (Tahun 2005) ketika saya dan istri saya masih belum semapan dan memiliki uang seperti sekarang ini (Tahun 2012).

Saya, Naryo, dan Yola, istri saya, tinggal di sebuah permukiman tidak kumuh atau bisa dikatakan desa yang sudah cukup modern karena sudah ada listrik dan telekomunikasi. Rumah ini diberikan oleh ayah saya karena dia sudah tidak menggunakannya lagi. Ayah saya merupakan orang yang cukup terkenal di desa ini. Jadi kami rasa tinggal di sini sangatlah menyenangkan mengetahui bahwa banyak dihormati oleh tetangga dan orang sekitar. Rumah kami ini tanahnya sangat besar, akan tetapi bangunannya sudah cukup tua karena merupakan salah satu warisan dari kakek buyut saya.

Sekiranya setelah kami menikah kami tinggal di rumah ini, kami selalu bersikap ramah kepada semua orang desa ini. Dan selalu bersedia menyediakan rumah ini untuk acara-acara desa ini berhubung rumah kami sangat luas halamannya. Mungkin sedikit dari kalian yang mengetahui bahwa kehidupan di pemukiman atau pedesaan adalah saling berbagi baik makanan gula minuman buah-buahan sayuran serta rumah tinggal ataupun halamannya. Jika sekali saja kami bertindak yang menentang dapat dikucilkan oleh seluruh orang di desa ini. Karena
kebaikan kami kepada orang desa serta istri saya yang berperawakan menarik dan periang kepada semua orang. Istri saya, Yola, sangat dikenal oleh semua orang di desa ini bahkan bisa dibilang ia merupakan wanita paling menarik di desa ini. Banyak sekali tetangga saya yang melirik istri saya seperti ingin menelanjanginya. Istri saya maupun saya menyadari mereka berpikiran seperti itu akan tetapi kami terus berusaha ramah seperti menyapa tertawa seperti layaknya tetangga biasa. Satu tahun telah berlalu, kami belum juga di karuniai anak. Istri saya mulai jadi bahan perbincangan orang-orang desa. Ada yang berpikiran saya tidak dapat memuaskan istri saya padahal cantik begitu. Ada juga yang berpikiran istri saya tidak dapat melakukan dengan saya. Akan tetapi, kami berusaha menanggapi itu semua dengan baik saja tanpa rasa amarah. Oleh karena itu, kami sangat menyukai anak-anak jika ada anak-anak yang sedang berkunjung kami sering kali memberikan
makanan ataupun uang jajan untuk mereka. Dan mereka cukup akrab kepada kami hampir seperti teman bermain. Istri saya yang periang itu selalu mengajak mereka bermain ataupun memberikan makanan. Anak-anak itu senang sekali bercanda dengan istri saya, seperti kejar-kejaran karena mereka pura-pura mengambil sendal istri saya ataupun ketika istri saya menjemur pakaian mereka iseng sekali untuk menyolong pakaian kami yang sedang kami jemur (hanya untuk bercanda).

Dua tahun telah berlalu, saya bekerja sebagai pemilik persawahan di desa ini dan istri saya sesekali bekerja membantu neneknya menjaga toko di kota. Kehidupan keuangan kami sangatlah cukup untuk ukuran orang desa. Suatu ketika istri saya pulang cukup larut sekitar jam 20 malam pada hari jumat. Kemudian, setelah berberes-beres istri saya bersiap-siap untuk mandi, waktu menunjukkan pukul 21.00 malam. Lalu istri saya ke halaman belakang rumah saya untuk bersiap mandi. Istri saya melepaskan pakaian nya dan menggantungkan handuk serta pakaiannya di samping kamar mandi karena kamar mandi kami kecil dan sempit tidak dapat dibuatkan gantungan di sana. Sepertinya saya belum sempat bercerita bahwa rumah desa seperti ini biasanya memiliki WC / Kamar Mandi di halaman tidak di dalam rumah seperti di kota-kota besar. Karena kami memiliki tembok yang cukup tinggi. Maka kakek saya membangun WC tersebut agak terbuka. Kamar mandi tersebut tetap memiliki atap dan pintu, hanya saja pintu tersebut terbuat dari papan tipis dan sebagian terbuka di bagian kaki serta sebagian terbuka di bagian kepala serta tidak menggunakan kunci melainkan hanya cantelan. Atapnya pun terbuat dari seng plastik dan beberapa kayu. Hanya untuk melindungi panas. Letak kamar mandi tersebut kebetulan berseberangan dengan jendela kamar tidur kami. Sehingga jika istri saya mandi saya dapat melihatnya dengan jelas kaki dan kepala istri saya dari dalam kamar serta suara air bak yang di gayung oleh istri sayapun terdengar dengan jelas.

Saat itu, saya sedang berada di kamar sambil mempersiapkan uang untuk pembelian pupuk sawah kami. Sesekali saya melihat istri saya yang sedang mandi. Sekiranya beberapa menit setelah itu saya seperti mendengar ada suara cekikikan anak kecil tertawa. Sepertinya itu adalah suara Doni dan Rizal (anak dari salah satu tetangga kami). Mereka ini bersekolah tingkat SMU 1. Lalu saya berusaha mencari asal suara tersebut ternyata mereka memanjat tembok belakang rumah kami dan mengintip istri saya yang sedang mandi. Saya melihat dari posisi itu ia
tidak dapat melihat tubuh istri saya seluruhnya. Karena tertutup dengan atap serta pintu kamar mandi kami akan tetapi jika istri saya bergerak ke pojok kamar mandi mungkin dapat terlihat sebatas dada hingga ke kepala. Saya ingin menegurnya lalu saya berpikir "ah sepertinya hanya anak-anak saja, ngerti apa sih, paling bercanda saja." Serta saya juga merasakan darah saya berdesir entah mengapa antara rasa suka, bangga, senang, dan horny. Sekiranya 20 menit kemudian istri saya sudah bersiap untuk keluar dari kamar mandi, lalu saya melihat kedua anak tersebut menundukkan kepalanya tetapi mereka tetap masih berada di sana. Ketika istri saya keluar untuk mengambil handuk, saya yakin mereka melihat tubuh istri saya seluruhnya telanjang tanpa sehelai pakaianpun. Mereka cekikikan sambil turun dari sana. Lalu istri saya kembali ke dalam, dan saya tidak mengatakan apapun tentang itu.

Dengan perasaan libido saya yang sudah meningkat tadi langsung saja istri saya yang baru kembali ke dalam rumah saya ajak bermain di ranjang cinta kami. "Mah, papa ingin nih...", kata saya. Istri saya berkata "Ihh papa, masa baru mandi uda mau di kotorin lagi...". Tanpa menunggu persetujuan, saya langsung menyambar handuk istri saya. Dan saya melihat dua buah payudara berukuran 34 C menggantung bebas. Saya langsung menghisap buah dadanya dan menyelipkan jari saya ke dalam liang kewanitaannya. Setelah itu saya sudah tidak tahan lagi untuk memasukkan senjata saya ke dalam liang tersebut. Karena kami ini hanyalah orang desa biasa, permainan kami belumlah seperti
orang-orang pada umumnya. Asalkan kami puas kami senang. Saya menggoyangkannya berkali-kali istri sayapun mengikuti irama saya. Saya tidak tahan lagi tanpa berlama-lama sayapun mencapai puncaknya. Dan keluarnya semuanya didalam rahim istri saya. Saya terkulai lemas karena kepuasan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Sedangkan, istri saya nampak belum merasakan apapun. Ia hanya menggerutu, "papa bikin mamah pusing aja." Saya tidak mampu menjawab apa-apa.

Keesokan harinya Doni dan Rizal serta beberapa anak lainnya seperti biasa bermain-main ke rumah kami. Doni dan Rizal bersikap biasa saja hanya saja sesekali mereka hanya tertawa-tawa saja melihat istriku dari kejauhan dan saya mengerti betul mengapa mereka tertawa. Semenjak itu Doni dan Rizal menjadi anak-anak yang lebih sering ke rumah kami. Dan saya pun karena menyukai anak-anak sering mengajaknya bermain catur atau kartu bersama tetangga-tetangga lain di rumah kami maupun menonton televisi. Beberapa hari setelah itu kejadian yang serupa terjadi lagi. Ketika istriku sedang mandi Doni dan Rizal berusaha mengintip istriku kembali dari balik diding. Sayapun senantiasa memantau mereka dari dalam kamar. Ketika istriku keluar dari kamar mandi, istriku sepertinya menyadari kehadiran Doni dan Rizal karena saya lihat istriku mengadah ke atas untuk melihat ke arah dinding tersebut. Saya melihat Doni dan Rizal panik berusaha menundukkan kepalanya. Tetapi saya yakin istri saya masih dapat melihat rambut mereka yang masih sedikit menonjol. Namun, yang saya kagetkan adalah, istri saya tidak mengatakan apapun kepada mereka malah istri saya bersikap biasa saja seperti tidak mengetahui kehadiran mereka. Saya sendiri bingung apakan istri saya mengetahui kehadiran mereka atau tidak. Namun dari gelagat istriku, sepertinya saya yakin betul istriku menyadari kehadiran mereka. Istriku bersikap cuek saja dan handukan lalu masuk ke dalam rumah. Saat ini, aku mengalami libido yang jauh lebih tinggi lagi dari kejadian pertama, karena yang ada di dalam pikiranku saat ini adalah istriku "dengan sengaja" memamerkan tubuh telanjangnya kepada anak-anak SMU itu. Walaupun aku sendiri tidak pernah tahu kebenarannya. Lalu, ketika istriku masuk ke dalam kamar, aku sangat-sangat ingin menyetubuhi istriku kembali. Dengan sangat cepat aku mencium dan meraba seluruh tubuh istriku. Dan yang aku herankan istriku tidak menolak apapun, ia hanya berkata "masss... hmpphhh". Aku meraba dadanya, meremasnya memilinnya, menghisapnya, menciumnya. Ia hanya melenguh, "uhhhmm..." Ketika aku menggapai selangkangannya... Aku sangat kaget, ternyata istriku sudah basah!!! Aku tidak tahu apakah ini pengaruh dari rangsanganku ataukah karena Doni dan Rizal tadi. Apapun itu, aku, aku berpikir tidak karuan tidak sampai 5 menit aku sudah mencapai ejakulasiku lagi!!! Aku sangat menyesalinya!!! Istriku, Yola, wanita periang ini pun berseru kepadaku, "papah jangan dongg mama masih mau... ayo dong pahh!" Lalu aku benar-benar menyesal dan menjawab, "maaf ya mamah, abis mama cantik banget malam ini." Istriku menggerutu lagi, "ah papa mah!!" Dan, akupun tertidur. Aku tidak tahu lagi apa yang dilakukan istriku setelah itu. Yang aku tahu keesokan paginya, aku tidak menemukan istriku disebelah ku. Melainkan ia tertidur di depan televisi tanpa mengenakan pakaian sehelaipun. Lalu aku membangunkan istriku untuk menyuruhnya mandi. Sekaligus aku bertanya, "loh mamah kok tidur di sini? gak pake baju lagi" Istriku kebingungan sambil menjawab, "iyah pah abis kemarin kita main seru, mamah keluar sebentar ambil minum eh ketiduran deh." Sayapun tidak bertanya lagi lebih lanjut apa yang terjadi setelah saya tertidur, saya hanya berpikir sendiri "apakah ia bermasturbasi sendirian? ataukah ada yang menontonnya? ataukah ia selingkuh dengan pria lain?" Tetapi saya tidak mencium adanya bau-bau
pria lain ataupun kecurigaan yang bersangkutan dengan itu.

Beberapa hari kemudian, hari itu adalah hari sabtu pukul 10 pagi, Doni dan Rizal bermain ke rumah untuk menonton televisi. Istriku sedang berberes-beres rumah dengan hanya mengenakan daster tipis putih bercorak kembang saja. Sedangkan aku sedang berbenah di dalam kamar. Namun, sudah saatnya istriku untuk mandi. Istriku masuk ke kamar dengan melewati untuk mengambil daster baru. Lalu, saya melihat dari kamar bahwa istriku melepaskan daster lamanya dan menggantungnya seperti biasa di samping kamar mandi, dan berjalan ke dalam kamar mandi. Ketika air bak mandi istriku terdengar. Saya mendengar Doni dan Rizal seperti ribut sendiri dan berlarian ke belakang rumah kami. Lalu saya mulai mengintai keberadaan Doni dan Rizal, dan benar saja mereka sedang mengintip istriku lagi. Akan tetapi, dari posisi itu ia tidak akan melihat tubuh istriku, karena terutup oleh pintu kamar mandi. Paling yang terlihat hanya kaki dan kepalanya saja. Akupun mengintip istriku dari dalam kamar. Lalu aku menyadari, sepertinya di dalam gantungan baju di sebelah kamar mandi tersebut kok istriku tidak membawa handuk yah? Aku melihat istriku sudah selesai dari mandinya dan beranjak keluar dari kamar mandi. Sedangkan Doni dan Rizal masih di pintu belakang mengintip istriku. Saya yakin ketika istriku keluar dari kamar mandi Doni dan Rizal dapat melihat dengan SANGAT jelas ketelanjangan istriku di depan mereka. Sekali lagi alat kejantananku terbangun melihat keadaan ini. Istriku terlihat sangat menawan dengan keadaannya yang basah seperti itu. Namun entah berpura-pura atau ia memang terlupa untuk membawa handuk, akhirnya ia hanya mengenakan daster lamanya untuk mengelap badannya yang basah. Lalu mengenakan daster basah tersebut untuk tubuhnya sambil berjalan ke dalam rumah. Saya melihat Doni dan Rizal berlari menuju ruang tengah untuk berpura-pura nonton televisi. Namun istriku yang berdaster tipis basah dan saya melihat dadanya serta bulu-bulu kemaluannya dapat terlihat jelas di balik daster basahnya itu. Berjalan melewati Doni dan Rizal menuju kamarku. Akan tetapi, Doni dengan isengnya berkata, "bibi, doni boleh minta susu ga?" Istriku menengok ke arah Doni, dan berkata, "oh.. bentar ya bibi ambilkan." Lalu, saya mendengar Doni dan Rizal tertawa cekikikan berdua. Dengan masih berpakaian seperti itu, istriku ke dapur untuk mengambil susu sapi di dalam kulkas kami. Entah istriku sengaja atau memang pura-pura tidak tahu bahwa mereka sedang menggodanya. Istrikupun mengantarkan "susu" tersebut ke meja di sebelah Doni. Menurut saya "susu" yang diantarkan bukanlah susu sapi tersebut melainkan dada istriku yang tercetak jelas di balik daster basahnya. Setelah itu istrikupun beranjak untuk masuk ke dalam kamar. Kali ini aku tidak berani menyambar istriku walaupun aku sudah sangat tegang sekali melihat keadaan ini. Aku tetap berusaha menggapai kesadaranku bahwa di luar sana ada tamu. Akan tetapi, ternyata keadaan berbalik, kali ini istriku yang menyambar diriku!!!
Ternyata istriku sangat terangsang dengan keadaan itu!! Gila! Ia menjadi seperti wanita yang kehausan beriahi. Ia dengan terburu-buru menelanjangiku. Dan mengatakan satu kalimat kepadaku, "mas puaskan aku." Aku ingin berkata di depan kan ada Doni dan Rizal, tetapi ia langsung saja menyambar bibirku melumatnya. Dan menuntun senjataku yang sudah sangat keras ke dalam liang kewanitaannya. Dengan terus menggoyangkan pinggulnya menari-nari di atas kejantananku ia mulai meracau, "sshhh... ohhh... hmphh..." Sambil meremas-remas dadanya sendiri. Seperti sedang melakukan nya seorang diri tanpa menyadari kehadiranku. Akupun melihat dan mendengar keadaan sekitar di manakah Rizal dan Doni berada. Tetapi percuma saja dengan keadaanku dan suara istriku yang sedang meracau aku sangat sulit untuk mendengar mereka di depan sana. Saya cukup yakin bahwa Doni dan Rizal dapat mendengar racauan istriku yang sudah terangsang berat ini. Aku tidak begitu konsentrasi dengan persetubuhan ini melainkan aku berusaha mencari keberadaan Doni dan Rizal tetapi tidak menemukannya juga. Sekiranya, 10 menit telah berlalu. Aku mulai kembali untuk "menikmati" istriku. Aku sudah mulai berada dipuncak kenikmatan sedangkan Istriku pun sudah mulai mencapai puncaknya. Istriku memejamkan mata menegadah ke atas sambil meracau, "ohhh masss.... akuu keluarrrrr ssshhhhh..." Sambil terus meremas dadanya dan menarik pentilnya sekuat-kuatnya ke depan. "ohhhhh.......hhhhh...." lenguhan panjang tanda ia keluar. Akupun keluar bersamaan dengan istriku. Berulah setelah istriku berhenti bersuara aku mendengar suara di halaman belakang dari jendela tempat aku melihat kamar mandi belakang. Suara langkah kaki yang menginjak dedaunan di sana. Berarti? Apakah dari tadi Doni dan Rizal mengintip kami dari sana? Jika ia mereka mengintip kami dari sana, hanya istriku yang dapat melihat mereka karena posisi
istriku menghadap jendela itu secara langsung. Jendela itu berada di atas kepala ku sehingga aku tidak dapat melihatnya. Sekali lagi timbul banyak pertanyaan dengan istriku ini. Seselesainya kami berbenah kami keluar dari kamar untuk bergabung dengan Doni dan Rizal. Akan tetapi, kami tidak menemukan mereka. Beberapa menit setelah itu kami mendengar mereka berjalan dari arah halaman belakang ke ruang tengah. Istriku hanya diam saja melihat mereka sedangkan aku penuh dengan segala pertanyaan. Akupun bertanya kepada mereka, "habis dari mana kalian?" Doni menjawab sambil gugup, "eh, anu pak dari kamar kecil." Lalu, aku berpikir sendiri "kok ke kamar kecil berdua?"

Kemudian kami menonton televisi dengan sangat diam dan terasa aneh. Biasanya mereka suka bercanda dengan kami akan tetapi, kali ini mereka memilih untuk diam. Sekiranya, 30 menit kami berada dalam kesunyian. Akupun mulai merasa tidak betah. Maka, aku memutuskan untuk pergi ke halaman belakang dengan maksud memeriksa posisi mereka mengintip kami tadi. Setibanya disana aku benar-benar tecegang atas apa yang kulihat. Ada dua bercak sperma di atas tanah berada tepat di depan jendela kamar kami. Dengan sangat jijik aku mengambil air untuk menyiramnya. Sekembalinya aku ke dalam aku mekihat mereka mulai tertawa bersama istriku, doni dan rizal sudah kembali normal. Entah apa yang terjadi selama aku pergi ke halaman belakang yang pasti keadaan sudah menjadi nyaman.

Setelah hari itu, pikiranku selalu dibayang-bayangi atas kejadian doni dan rizal mengintip aksi kami di ranjang membuat ejakulasiku menjadi cepat sekali. Kebanyakan dari persetubuhanku dan istriku adalah kepuasanku semata. Aku hampir tidak mampu lagi memuaskan libido istriku yang semakin liar dalam tiap permainannya. Sedangkan aku terus dibayang-bayangi oleh kejadian itu, membuatku semakin horny membayangkan saat itu istriku "dengan sengaja" memamerkan aksi liarnya di depan anak-anak kampung itu. Sekiranya sebulan telah berlalu dari kejadian itu, aku sangat menyesali selama itu aku tidak mampu memuaskan istriku karena ejakulasiku menjadi sangat dini. Hari itu adalah hari jumat malam, istriku pulang larut lagi seperti biasa pukul 20.00, ia berbenah lalu bersiap mandi. Akan tetapi kali ini aku berpura-pura tidur dan sudah meredupkan lampu kamar kami. Karena saya yakin, seperti terdahulu jika istriku mandi malam hari pastilah Doni dan Rizal mencoba mengintip istriku. Aku kembali diposisi jendela kamarku untuk melihat keadaan istriku. Dan sepertinya Doni dan Rizal juga sudah mulai diposisinya mengintip. Ketika itu istriku nampak sesekali melihat ke arah jendelaku mengintip entah mengapa sayapun tidak tahu. Dan saya bersembunyi beruntung kamarku saat itu sudah gelap sehingga ia tidak dapat melihat keberadaanku dengan mudah. Tiba-tiba belum ada 10 menit istriku mandi ia keluar dari kamar mandi menuju halaman depan rumah kami dengan berjalan mengendap-endap sambil bertelanjang bulat. Untung saja jika sudah malam jarang ada orang desa ini yang berkeliaran. Akupun berpindah ke ruang tengah untuk mencari keberadaan istriku. Dengan badan yang sexy mengkilat karena air berjalan ke arah pagar rumah kami mengintip ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang. Lalu, ia membuka pagar itu secara perlahan. Gila! Ia berdiri di depan rumah kami dengan bertelanjang bulat saya
sangat berharap tidak ada orang yang melihatnya, karena ini bisa menjadi skandal bagi keluarga kami. Sekitar 3-5 menit ia berada di luar pagar. Namun, ia seperti terburu-buru kembali lagi ke dalam rumah melewati pintu depan. Akupun berlari sambil berjinjit untuk kembali ke kamar. Aku mendengar istriku memasuki ruang tengah. Dan berjalan ke arah kamar kami. Akupun langsung berpura-pura tidur sambil memeluk guling. Setelah memastikan keberadaanku yang masih tertidur. Istriku berjalan kembali ke arah kamar mandi. Saya melihat keberadaan Doni dan Rizal hilang dari tempat mereka. Apakah mereka mengikuti istri saya yang berada di depan pagar tadi? Sayapun tidak begitu mengetahuinya. Sekembalinya istriku ke kamar mandi ia membawa sesuatu di genggaman tangannya. Ternyata itu adalah Timun kecil. Saya bertanya-tanya untuk apa ia membawa buah timun ke kamar mandi? Istriku melanjutkan mandinya hanya dengan beberapa siraman saja. Saat itu waktu menunjukkan pukul 22.00, ia malah keluar lagi dari kamar mandi dan mengambil kursi kecil yang biasa ia pergunakan untuk duduk ketika mencuci pakaian. Ia pergunakan kursi tersebut untuk duduk di depan kamar mandi menghadap ke arah Doni dan Rizal mengintip
sehingga aku hanya dapat menonton dari samping. Aku tidak tahu apakah itu sengaja atau kebetulan saja. Jika kalian pernah mengetahui kursi
cucian ini, ia berbentuk sangat pendek sekitar 30 cm dari permukaan tanah terbuat kayu. Jika anda duduk di kursi ini maka posisi anda akan
seperti berjongkok mengangkang. Jadi secara "live" istriku mengangkang ke arah Doni dan Rizal. Lalu ia mengambil timun tersebut dan memasukkannya ke arah liang kewanitaannya. Perlahan tapi pasti timun itu masuk ke dalam selangkangannya. Saya melihat Doni dan Rizal
sepertinya sedang melakukan sesuatu yang saya sendiri sedang lakukan sekarang. Walau aku tidak tahu pasti apakah mereka sedang beronani atau tidak tapi guncangan kepala mereka sepertinya menuju ke arah itu. Aku melhat istriku semakin asyik dengan aksinya, ia mengigit bibir bawahnya dan mengangkang kebih lebar lagi dan merebahkan badannya kebelakang dengan hanya menggunakan satu tangan bertumpu di tanah merah dan kotor untuk menopang tubuh telanjangnya itu, sedangkan tangan satu lagi mempertahankan timun itu tetap keluar masuk di selangkangannya. Ia melenguh untuk yang pertama kalinya mungkin tidak dapat dipertahankan lagi, "hmphhhhh ohhh....." Setelah lenguhan pertama itu ia melirik ke arah jendelaku lagi memastikan aku tidak bangun. Setelah ia merasa aman, ia melenguh lagi, "ohhhh.... sssshhh yaaahhhh...." Semakin nyaring terdengar olehku. Ia melirik lagi ke jendelaku. Dan semakin menjadi-jadi rupanya nafsu istriku yola, sang periang, kembang desa ini, istri terhormat, sedang berusaha meraih kepuasannya dari sebatang sayuran. Sambil membiarkan dua orang anak ABG mengintipnya. Istrikupun semakin gila racauannya, "ohhh.... ohhh.... sshhhmmmm...." Semakin keras suara racauannya. Ia sepertinya sudah tidak perduli lagi apakah aku akan bangun mendengar racauan itu. Ia menjadi semakin lepas kendali, ia semakin merebahkan badannya kebelakang hingga tertidur di tanah kotor itu. Dengan pantat nya yang besar itu tetap bertumpu di bangku kecil,


kini ia mengangkangkan kakinya lebih lebar lagi. Tangan yang sebelumnya ia pergunakan untuk menopang tubuhnya kini sudah bebas karena tidak lagi menopang melainkan tidur di tanah. Tangan itupun beraksi ke arah putingnya dengan penuh tanah merah dan kotor ia peeperkan saja kotoran itu ke perutnya dan melanjutkan untuk memilin puting kirinya. Hingga sebagian kiri dari tubuhnya kotor karena tanah. Dengan badan mengkilat karena air mandi, kotor karena tanah merah, selangkangan disumbat oleh timun, istriku melenguh lebih kencang "ohhhh
yaaahhhhh........!!!" Akupun tak kuasa melihat ini dan berejakulasi di dalam tissue yang sudah kusediakan. Sambil membersihkan senjataku aku
terus memperhatikan istriku yang semakin gila, ia mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan semakin melebarkan vaginanya yang merekah itu dengan masih ditutupi oleh bulu yang lebat, ia mencapai klimaksnya, "ohhh ssshhh ngeeeeehhhh ngeehhhh...." begitu sekiranya racauannya seperti kambing saja. Sambil terengah-engah ia melepaskan tangannya dan tetap membiarkan timun itu menempel di selangkangannya. Dengan masih berposisi terlentang di tanah, istriku menggeser kursi pendek itu karena sepertinya cukup sakit untuk berada di atas itu lama-lama. Iapun rebahan ditanah kotor itu sekitar 3 menit. Lalu ia bangkit berdiri. Dan timun itupun menggelincir terlepas dari selangkangannya. Istriku meneruskan mandinya tanpa menutup pintu kamar mandinya sama sekali. Seselesainya ia mandi, istriku membereskan kursi tersebut dan membuang timun itu ke jalanan. Aku tidak akan menyalahkan istriku atas masturbasi yang ia lakukan ini. Karena jujur saja sudah selama 1 bulan istriku tidak mendapatkan kepuasan seperti ini dariku karena ejakulasiku semakin dini atas fantasi-fantasi istriku. Selain itu juga aku sangat mencintai istriku yola. Terlebih lagi aksi-aksi istriku ini memberikan kepuasan tersendiri kepadaku.

Antara bangga, senang, horny, cemburu, marah, bekecamuk dipikiran saya atas apa yang diperlakukan oleh Doni dan Rizal terhadap Yola istri saya. Sayapun tidak menyadari bahwa hal ini dapat menjadi lebih parah dari yang saya kira di part selanjutnya akan saya ceritakan lebih lanjut mengapa saya sebut aksi eksibisionis ini menjadi lebih "parah".