Rabu, 06 November 2013

istri eksibisionis 2

Lanjutanya gan

Seingat saya waktu itu sekitar hari raya lebaran pada tahun 2005, pada hari raya seperti ini keadaan desa kami menjadi sangat ramai dan sangat rawan sekali dengan pencurian. Banyak sekali kejadian barang yang hilang, hal ini justru terjadi ketika sedang ramai-ramainya kita bersilaturahmi ke rumah para tetangga. Oleh karena itu, kami mengadakan ronda keliling desa secara bergilir membantu memeriksa keadaan rumah yang lupa di tutup pintunya baik pintu belakang maupun pintu depan dan sebagainya. Kejadian Doni dan Rizal mengintip istri saya sudah berlalu sekitar 2 bulan lamanya. Seperti yang sudah kalian ketahui, semenjak kejadian aksi istri saya di depan Doni dan Rizal membuat saya tidak dapat melupakan hal itu terutama ketika saya melakukan aktifitas suami istri kami di ranjang. Saya menjadi sangat bernafsu dan cepat sekali mengalami ejakulasi. Hampir selama ini kami berhubungan mungkin dapat dihitung dengan jari istri saya dapat mencapai "kepuasannya". Dan, sejauh ini saya berpikir memang itu adalah kesalahan saya membiarkan istri saya diintip oleh anak-anak kampung itu. Sesekali muncul perasaan kesal dan menyesal dalam hati saya. Akan tetapi, dorongan nafsu birahi yang melanda senjata saya jauh lebih besar untuk membiarkan istri saya melakukannya.

Pada saat itu siang hari, kami sedang bersilaturahmi keliling dengan para tetangga kami, entah mengapa ketika saya berkunjung ke rumah Doni dan juga setelah itu berkunjung ke rumah Rizal. Kami terutama saya, merasakan hal yang aneh, saya merasa istri saya sedang diperhatikan oleh Doni maupun Rizal. Setiap kali mereka mengajak bercanda istri saya atau mengajak berbicara saja, saya seperti terdorong perasaan cemburu, senang, dan bernafsu. Nampaknya hal ini juga terjadi pada istri saya, terlihat dengan mukanya memerah setiap kali bercanda dengan mereka dan nampak sekali bahwa istri saya memperhatikan kedua anak ini. Seusai bersilaturahmi dari rumah Rizal, waktu sudah menunjukkan pukul 19:00 malam. Kami berbenah diri untuk bersiap-siap tidur, sudah lama saya tidak melihat kehadiran ataupun mendengar Doni dan Rizal mengintip istri saya lagi semenjak kejadian di heboh istri saya bermasturbasi di depan mereka seperti yang di ceritakan di Part 1. Hal ini membawa sedikit kekecewaan sekaligus ketenangan bagi saya.

Seusai kami mandi kami bersiap untuk tidur, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 21:00 malam. Ketika kami sedang bersiap-siap mengunci-ngunci rumah, tiba-tiba saja istri saya "menyosor" ingin meminta jatah malam ini. Tanpa berpikir panjang lagi, sayapun menyambut ciuman istri saya dengan kuluman hisapan dan kecupan lembut. Oh yah, saya belum sempat bercerita, sekiranya dua bulan lalu, istri saya menjadi "malas" menggunakan pakaian dalam ketika berada di rumah. Terlebih lagi, akhir-akhir ini keadaan sangat panas di desa kami karena kami belum memiliki AC hanya kipas saja, istri saya lebih senang untuk tidur telanjang. Dan sayapun merasa tidur telanjang berdua lebih nyaman. Sepertinya inipun merupakan salah satu dampak samping dari "aksi" istri saya di depan Doni dan Rizal, yaitu eksibisionis. Hanya saja selama 2 bulan terakhir ini saya tidak pernah melihat kehadiran mereka, mungkin istri saya jadi ingin "memamerkannya" kepada saya berhubung tidak ada lagi orang yang dapat dipamerkan. Saat itu, istri saya mengenakan daster berwarna orange saya merasa yola seksi sekali malam itu. Sambil lidah kami menyatu dan berpautan, tanganku pun tidak bisa tinggal diam, mulai meraba-raba dada 34 C istri saya tersebut dan memang sudah tidak mengenakan Bra lagi. Saya memilin dan meremasnya dengan "sedikit kasar" nampaknya yola pun menyukainya sambil berteriak manja, "awwww.... ihh..." Aku hanya menyeringai dan menciumnya kembali. Akupun tidak sabar menantikan apa yang ingin kami lakukan selanjutnya dengan istriku yang sangat amat bernafsu malam ini. Di satu sisi aku takut tidak mampu memuaskannya lagi malam ini, di satu sisi aku ingin sekali cepat-cepat "menyantap" tubuh istriku yang sexy ini. Akhirnya aku mengangkat istriku dan membawanya ke kamar tidur, setelah mengunci pintu kamar, sayapun membuka seluruh pakaian saya, dan ternyata istri sayapun sudah tidak mengenakan pakaian sehelaipun. Tanpa menunggu lama lagi, saya langsung saja mencolokkan jari saya ke dalam liang kewanitaannya. Ia pun mendesah kecil, "uhhh...." Saya dengan mata penuh nafsu memandang istri saya yang sedang bernafsu tinggi seperti kuda liar bergerak ke sana kemari, dengan mata terus terpejam memandangi arah atas menikmati sodokan demi sodokan dari jari saya. Tak lama setelah itu, istri saya tersadar dan ingin secepatnya menyuruh saya memasukkan senjatanya ke dalam liang kewanitaannya. Lalu ia menarik kejantanan saya ke arah mulutnya, di hisapnya kuat-kuat senjata saya. Saya sampai berkomentar, "duh mamah, jangan keras-keras dong." Yola menjawab sambil cekikikan, "hihi... abis lucu si pah... gemezzzz" Lalu yola menghisapnya dengan lembut dan enak sekali, aku semakin mulai tidak konsentrasi dengan kocokan jari-jariku di dalam kemaluannya. Sekiranya 15 menit sudah berlalu, istri saya belum juga melepaskan senjata saya dari mulutnya, padahal saya sudah sangat tidak tahan lagi jika terlalu berlama-lama di mulutnya bisa "berbahaya". Lalu saya harus berpikir cepat sebelum saya "mencapai puncak", maka saya mulai berpikir untuk mencopot cincin kawin saya (agar tidak menyakiti), lalu memasukkan ke 5 jari saja ke dalam kemaluan istri saya secara perlahan. Agar dianggap seperti "senjata raksasa" yang sedang masuk ke dalam vaginanya. Ia pun mulai merasakan enaknya dari ke 5 jari tersebut, saya putar saya sodok keluar masuk ia mengelak-ngelak kepanasan sangat horny sekali. Akan tetapi, saya ternyata lengah, melihat istri saya sangat bernafsu seperti ini, sexy, seperti wanita gila sex, ia melahap senjata saya lebih kuat lagi dan lebih cepat lagi, tiba-tiba saja bayangan saya adalah Doni dan Rizal tadi siang yang sedang bercanda seperti "menelanjangi" istri saya. Maka, tak tertahankan lagi... Lahar panas itu menyembur dengan keras dan cepatnya ke dalam mulut istri saya. Sebagian menetes ke lehernya, aku tahan dengan pakaian kotor kami, sebagian besar masuk ke dalam mulutnya dan yang saya herankan selama ini istri saya tidak pernah mau dikeluarkan di dalam mulut. Tetapi kali ini, ia malah menelannya!!! Sayapun terheran-heran akan kelakuan istri saya ini. Ada apakah gerangan? Saya benar-benar tidak dapat memahami hati wanita yang sedang horny seperti ini. Lalu, usai sudah pergumulan kami, sayapun meminta maaf lagi kepada istri saya, "duh... maaf ya mah, mama blm keluar yah?" Yola pun menjawab dengan sedikit kesal namun tersenyum, "iiyah pah, gak apa apa, papa jorok ih masa di mulut mama..." Akupun bingung ingin menjawab apa, ingin sekali aku menanyakan "kalau jorok kok ditelan?" Tetapi aku tidak ingin menyakiti perasaan apapun terlebih lagi aku belum dapat "memuaskan" dia lagi malam ini. Kami pun dengan keadaan masih terengah-engah, tanpa mengenakan pakaian sehelaipun, kamipun tertidur.

Sekiranya pukul 01:00 dini hari, saya terkaget mendengar ketukan di jendela kamar kami sambil memanggil-manggil nama saya, "Pak Naryo! Pak Naryo!". Lalu saya pun dengan mata masih berat menggeser istri saya untuk terlentang, dan membuka gorden jendela kami, saat itu kamar kami dalam keadaan gelap, jadi dari luar sana tidak akan langsung dapat kelihatan secara sempurna. Namun saya melihat mereka adalah Pak Mamat, Pak Yono, Pak Risman, dan Pak Bayu.

Keempat orang ini adalah:
1. Pak Yono ini merupakan pengangguran di desa ini. Hidupnya hanyalah menjadi benalu dari orang-orang desa ini. Yang saya maksud benalu adalah ia sering kali berkunjung untuk "bermain" dengan para tetangga. Berpura-pura silahturahmi padahal ia mau numpang makan. Biasanya pada hari minggu ia selaku datang ke rumah kami untuk bermain catur atau ngopi bersama Pak Risman. Pak Yono memiliki ciri-ciri gendut karena tidak ada aktifitas dan menjadi benalu di sana sini dan wajahnya sangat tidak menarik.

2. Pak Mamat dan Pak Bayu adalah petugas keamanan di desa kami, mungkin tidak terlihat seperti satpam di kota-kota besar. Akan tetapi, karena mereka tidak memiliki kerjaan yang pantas maka mereka diberi tugas oleh RW kami untuk menjaga keamanan di desa kami.

3. Pak Risman merupakan tetangga terdekat dari rumah kami. Ia adalah seorang duda dan pengangguran. Kebanyakan orang minta bantuan dia untuk membesihkan halaman, merawat kuburan, perbaikan rumah, dan sebagainya. Sayapun juga sering meminta bantuan dia. Ciri-ciri Pak Risman adalah kurus dan cukup bau keringet.

Lalu setelah membuka gorden jendela saya, sayapun bertanya sambil mengucek-ngucek mata, eh bapak-bapak ada apa nih kok di rumah saya? Pak Mamatpun berkata, "a...anu... pak, saya lihat tadi pagar rumahnya dan pintu depannya belum terkunci jadi saya mau bangunin Pak Nar untuk dikunci yang baik pak, banyak pencuri klo lagi lebaran gini pak." Lalu saya kaget, dan berkata, "wah masa sih blm di kunci?!" Sayapun teringat, ketika saya sedang mengunci-ngunci tadi istri saya kan meminta jatah, ohh pantesan. Lalu saya pun panik dan bergegas untuk ke depan, dengan hanya mengambil sarung untuk menutupi tubuh bagian bawah saya, lalu menyelimuti istri saya seadanya karena dia tidur sedang telanjang dan telentang begitu saja seperti bayi kecapaian. Saya lupa untuk menutup gorden itu lagi, saya menyalakan lampu kamar saya dan langsung membawa senter sebagai senjata takut-takut ada maling masuk. Lalu setelah saya memeriksa semua keadaan isi rumah, dan ternyata aman. Sekiranya 5-10 menit saya keliling rumah untuk menyalakan semua lampu-lampu rumah. Sambil berjalan ke arah pintu utama di depan untuk berterima kasih kepada mereka. Setelah saya membuka pintu depan, saya tidak melihat adanya kehadiran mereka di sana. Lalu saya teringat apakah jangan-jangan mereka masih di depan jendela saya? Saya lupa menutup gordennya? Perasaan panik, marah, cemburu, muncul di pikiran saya. Namun, sambil berjalan ke arah kamar aku berpikir kembali. Oh, tadi kan saya sudah menyelimuti istri saya. Jadi ga akan bisa dilihat lah kalaupun lupa menutup gorden. Pikiran terasa tenang kembali. Lalu muncul lagi pikiran aneh, tetapi mengapa keempat orang tadi tidak ada di pintu depan? Ke mana mereka? Perasaan tegang muncul kembali dalam diriku. Secepatnya aku berlari ke arah kamar. Membuka kamar, dan saya mendengar suara seperti sedang berlari di luar sana. Apakah mereka berlari ketika saya membuka pintu? Sayapun tidak dapat melihatnya dengan jelas karena, mata saya tertuju pada, gorden yang terbuka lebar, lampu kamar menyala terang berwarna kuning, istri saya yola, sang wanita yang periang dan dikagumi oleh banyak pria di desa ini terutama keempat bapak-bapak tadi. Istri saya tidak mengenakan selimutnya lagi, jadi jika mereka tadi berdiri di depan jendela, mereka tentunya dapat melihat tubuh istri saya yang tertidur telentang tanpa sehelai benangpun pada tubuhnya. Bulu-bulu lebat pekat karena cairan cinta akibat permainan kami sebelumnya pun dapat terlihat dengan jelas. Yang lebih mengherankan adalah seingat saya tadi saya sudah menyelimuti istri saya dengan rapih dan benar, mengapa sekarang selimutnya bergeser ke arah kanan, seperti sengaja di buka oleh istri saya. Seribu pertanyaan muncul di benak saya, bertanya-tanya apakah jangan-jangan istri saya dari tadi sudah bangun? Dan berpura-pura tidur sehingga bisa "show off" kepada keempat bapak-bapak ini? Ataukah hanya kebetulan mungkin istri saya tidak sengaja bergerak sehingga selimut tersebut tersingkap secara tidak sengaja? Jika menar tersingkap, mengapa selimut itu rapih bergeser seluruhnya ke kanan? Seperti sengaja di buka. Ah mungkin hanya kecurigaanku saja, di saat itu pula, di saat pikiranku sedang berkecamuk, senjata kebanggaanku tiba-tiba mengeras dengan sendirinya. Namun saya harus kembali ke depan secepatnya karena mereka mungkin sekarang sudah berada di pintu depan. Saya berusaha menenangkan diri terlebih dahulu dengan menyelimuti kembali istri saya. Dan, menunggu "senjata" saya mengecil untuk bisa keluar bertemu dengan mereka.

Sesampai nya di depan, saya melihat mereka sedang berdiri di depan pintu. Maka saya memutuskan untuk mengajak mereka beristirahat sejenak untuk minum kopi agar ronda malamnya lebih lancar. Ketika duduk mereka tersenyum senyum kepadaku dan Pak Yono memang dia agak ceplas ceplos dan kurang ajar berkata, "eh sory nih mas ganggu yah malam-malam lagi abis ngapain tuh cuma pake sarung ajah, hehe..." Saya walaupun jengkel atas kekurangajarannya saya tetapbersikap baik dan berkata, "oh ga pak saya lagi kepanasan aja." Lalu, sayapun berterima kasih atas perlakuannya memberitahukan pintu kami tidak terkunci. Sekiranya setengah jam kami bercanda tertawa bersama sambil bercerita tentang maling yang rawan dikala lebaran. Kamipun tertawa keras atas candaan Pak Bayu tentang bagaimana mereka pernah menangkap maling sebelumnya.

Waktu menunjukkan pukul 01:45 dini hari, saya mulai merasakan gerah dan sepertinya ingin ke kamar kecil karena saya belum buang air kecil semenjak pergumulan dengan istriku semalam. Setelah tertawa bersama tadi, sayapun mohon diri untuk ke kamar kecil. Namun, saya berjalan melalui dapur ke arah halaman belakang. Dalam perjalanan saya menuju kamar mandi, saya melihat jendela kamar saya yang tadi masih menyala terang dengan gorden yang tidak ditutup. Seperti yang sudah saya ceritakan pada Part 1 bahwa jendela kamar tidur saya bersebrangan dengan kamar mandi kami dan posisi kamar mandi memang berada di halaman belakang tidak menjadi 1 dalam 1 rumah karena persyaratan air bersih 10 meter dari jamban masih berlaku di desa ini. Ketika aku sedang membuang air kecil, karena pintu kamar mandi kami yang kuno, saya dapat melihat kamarku sambil pipis. Aku melihat istriku sepertinya terbangun dan masih dalam keadaan telanjang dan sepertinya haus ia mengambil gelas kosong di dekatnya dan bergegas ingin keluar untuk mengambil minum sepertinya. Aku panik sendiri apakah istriku tidak tahu bahwa sedang ada tamu? Bukankah ia bangun karena kami tertawa keras? Ataukah ia sengaja ingin keluar telanjang di depan mereka? Aku ingin bergegas memberitahukan istriku bahwa sedang ada tamu melalui jendela tetapi aku belum selesai membuang air kecil di sini. Dan terlambat sudah, tak dapat aku cegah lagi, istriku hanya dengan sebuah gelas di tangannya dengan tubuh sedikit berkeringat serta bulu kemaluan lengket atas cairan cinta tadi. Istriku membuka pintu kamar kami dan terdengar suara gaduh dari mereka berempat, "WOOWWW...!!!" seru mereka.

Pikiranku kacau berkecamuk tidak karuan antara tertawa,tegang,marah,panik, horny, aku tidak tahu lagi. Yang aku tahu, darahku berdesir lebih sangat cepat dan jantungku berdebar sangat keras, belum pernah aku merasakan hal seperti ini, kejadian Doni dan Rizal pun tidak pernah se-extreme ini sensasi yang aku rasakan. Aku sendiri bukannya langsung berlari ke arah ruang tengah malah memilih untuk berlari ke arah jendela kamarku dan bersembunyi dan menyaksikan lebih dekat apa yang akan dilakukan istriku tentang ini. Senjataku sudah langsung bereaksi akibat hal ini. Istriku dengan masih mengucek-ngucek mata sedikit kaget dan berkata, "lho... eh... aduhh... bapak-bapak kenapa di sini malam-malam begini? Mas Naryo ke mana?!" Sambil sedikit berusaha menutupi dadanya, tetapi karena memegang gelas maka bulu-bulu kemaluannya terlihat bebas. Keadaan seperti sunyi sejenak, semua terpana akan bidadari malam mereka yang mereka lihat. Mereka juga merupakan beberapa pria di daerah ini yang sangat mengagumi istriku mungkin bukan karena kecantikan semata tetapi ini adalah yola wanita yang terpopuler di desa ini, wanita terhormat, wanita yang dikagumi oleh seluruh warga. Dan, sekarang bidadari mereka sedang berdiri pasrah tanpa sehelai benangpun di hadapan mata-mata pria kesepian ini. Pikiranku sangat kacau akankah mereka memperkosa istriku? Akankah istriku menikmatinya? Mengingat ia semalam belum terpuaskan olehku. Aku bingung sekali. Namun, lamunanku itu buyar menjadi amarah setelah dikagetkan oleh kekurangajaran Pak Yono yang menjawab pertanyaan istriku dengan, "oh Mas Nar tadi keluar sebentar, kami di suruh jaga rumah ini, takut ada maling". Sambil melirik dan tersenyum ke arah teman-temannya Pak Yono menyambung lagi, "dik Yola ga usah malu tadi kita semua udah melihat liat dik Yola tidur telanjang kok soalnya tadi kita keliling rumah untuk jaga-jaga maling selama mas Nar pergi." Istriku menjawab, "eh iya maaf ya bapak-bapak habis di rumah gerah sih" sambil dengan perlahan menurunkan tangannya tidak lagi menutupi tubuhnya. Kini mereka benar-benar tertegun dan menelan ludah melihat tindakan istriku. Pak Mamat bertanya, "anu... dik Yola butuh apa kok malam-malam bangun?" Istriku sudah mulai relax dengan keadaan ini berkata dengan agak serak, "itu pak haus mau ambil minum..." Pak Bayu dengan cepat berdiri dan berkata, "sini saya ambilkan, dik Yola duduk saja di sini. Istriku menjawab, "ehh... tidak usah pak aku ambil sendiri aja sekaligus bapak-bapak mau kopi? saya buatkan" Mereka cuma tertawa dan tersenyum saling melihat dan memperhatikan istriku tercinta dengan santainya berjalan ke arah dapur dan membuatkan Kopi untuk mereka. Pak Yono tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, si gendut jelek ini mengikuti istri saya ke dapur untuk membantu istri saya. Saya tidak dapat melihat dapur dari sini. Maka saya harus berputar sedikit ke arah pintu belakang dapur dan mengintip istri saya bersama pria gendut ini "bertelanjang" ria membuat kopi. Namun, Pak Yono mulai menggodanya, "dik Yola ga kedinginan malam-malam ga pakai baju tidur sendirian lagi?" Istriku dengan nada sebal menjawab, "eh ga kok, panas akhir-akhir ini. Emang mas Nar ke mana sih mas?" tanya istriku. Pak Yono dengan sambil terus memandangi tubuh istriku berkata, "oh kurang tau ya tadi si kita cuma dimintain tolong jaga kamu aja sih hehe..." Istriku hanya diam saja sambil melanjutkan acara buat kopinya. Pak Bayu ternyataa menyusul ke belakang, sambil berkata, "hayoo... ngapain berduaan di belakang lama bener lagi." Istriku menyeletuk sebal, "ya ga ngapa-ngapain Pak orang lagi buat kopi." Pak Yono bercanda lagi, "buat kopi dengan susu murni dong!" Sambil tertawa kurang ajar. Tetapi nampaknya istriku pun tertawa mendengar lelucon itu. Istriku sambil cekikikan berkata, "Pak kopinya tolong di bawaiin ke depan awas panas." Pak Yono menyeletuk lagi, "dari tadi kita-kita juga udah panas dik, apa salahnya kalau bawa yang panas-panas lagi hehe..." Istriku cuma diam saja dan tersenyum ke arahnya sambil membawa secangkir kopi dan segelas air ke ruang depan. Ketika menaruh kopi itu di meja depan istriku menunduk dan disaksikan oleh mereka tertegun memandangi dada istriku yang ternyata pentilnya keras sekali. Terlihat sekali bahwa dada istriku seperti mengacung kedepan. Apakah ia horny atas perlakuan kurang ajar ini? Apakah ia benar-benar sudah kehilangan akal? Bertelanjang seperti ini. Pak Yono lagi-lagi menggoda, "dik Yola, kata mas Nar tadi malam abis itu yah." Istriku mengkerutkan dahinya dan berkata, "masa mas Nar bilang-bilang sih?!" dengan keheranan. Pak Yono menyeletuk lagi, "hehe... ga bilang kok cuma nebak-nebak aja kayaknya bener tuh hehe ketauan yahhh." Semua tertawa. Istrikupun tertawa malu, sambil memukul pundak Pak Yono, "idih apaan sih! uda ah aku mau tidur lagi, tar mas Nar keburu pulang." Loh kok? Saya tidak mengerti apa maksud dari kata-kata istriku itu? Jika memang ia sudah tidak sungkan telanjang di depan mereka, kenapa harus takut akan kehadiran saya? Pak Yono menyeletuk, "oh jadi kalau ga ada mas Nar mau yah telanjang ama kita-kita?" Istriku, yolaku, bidadariku, berjalan meninggalkan mereka ke arah kamar lalu membalikkan kepalanya sambil menyibakkan rambutnya melempar senyum kepada mereka semua. Terdengar suara gaduh dari mereka, "Wiihhhh... Suit suittt... hoho..." Lalu istrikupun masuk ke kamar dan menutupnya. Sedangkan aku, terdiam seperti patung, marah, cemburu, sedih, kesal, melihat senyum istriku cantik sekali indah sekali senyumnya saat itu. Seperti senyum ingin "dilahap" oleh para serigala ini. Tetapi, memang nafsu dan senjataku tidak pernah berbohong, sekarang senjataku sudah keras seperti balok kayu. Aku melihat istriku di kamar menghela nafas panjang sambil duduk di sisi ranjang. Tatapannya kosong, entah apa yang sedang ia inginkan dan pikirkan? Apakah ia menanti mereka masuk ke dalam kamar? Apakah ia menanti seseorang di antara mereka berani masuk kamar untuk mencumbu istirku? Apakah aku akan diam saja melihat mereka mencumbu istriku? Ataukah aku masuk sekarang dan membatalkan niat istriku? Atau aku menunggu lebih lama lagi melihat apa yang terjadi? Pikiran ku sudah benar-benar gila. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke dalam, dan melihat kopi di meja mereka sambil bertanya, "wah uda pada buat kopi sendiri ya?" Pak Mamat dengan terbata-bata menjawab, "eh anu pak ia maaf kalau ga sopan abis ngantuk pak." Pak Yono tersenyum-senyum bersama mereka sambil berpura-pura bertanya, "dik Yola mana mas? kita mau pamitan pulang nih." Aku berpura-pura menjawab, "kayaknya masih tidur deh, coba saya lihat dulu." Mereka terus-terusan tersenyum girang atas kepolosanku, aku melihat yola di kamar sedang duduk, sambil berkata, "mah, ini ada rombongan ronda tadi jaga rumah gara-gara lupa kunci pintu. Mau pada pamitan." Istriku menjawab "oh ia pah sebentar" Akupun kembali keluar, lalu tak lama istriku membuka sedikit pintu kamar kami sambil menyembunyikan tubuh telanjangnya di balik pintu, dan berkata kepada mereka, "eh ia bapak-bapak terima kasih." Ketika aku bersalaman dengan mereka ternyata Pak Yono dan Bayu menghampiri istriku minta untuk bersalaman, akhirnya dengan terpaksa istriku membuka sedikit lebih lebar untuk dapat mengeluarkan sebagian bahunya keluar kamar untuk bersalaman, di saat itu juga aku melihat bahwa dada kanan istriku mencuat keluar kamar dan terlihat oleh kami semua, tetapi aku berpura-pura tidak melihat. Sambil membiarkan dada kanannya terlihat istriku melambaikan tangan kepada mereka untuk berpamitan, dada tersebut berguncang ke kanan dan ke kiri. Pak Yono berjalan sambil terus memandangi dada istriku dan berkata kepadaku, "terima kasih kopi susunya ya Pak Nar." Secara serempak, Pak Mamat,Pak Risman, Pak Bayu, dan Pak Yono tertawa terbahak-bahak.


Aku memaklumi mengapa mereka tertawa seperti itu. Aku kembali ke dalam kamar, kali ini tidak lupa mengunci semua pintu. Melihat istriku berbaring dan tatapannya masih kosong entah apa yang ia pikirkan, yang aku tahu dadanya sangat keras mengacung tajam sekali. Belum pernah aku melihat istriku seperti ini. Sepertinya ia sangat-amat horny. Ia pun berkata, "pah, terusin yang semalam yuk." Tanpa berlama-lama lagi aku menancapkan senjataku, dan ternyata mudah sekali masukknya karena ia sudah teramat sangat basahhh. Istriku berteriak meracau tidak karuan,"ohhh ssshhhh.... enakkkk pahh... terusin pahhh terusss" Aku pun menghujamkan senjataku secara cepat dan kasar. Meremas dada istriku dengan kasar memilinnya dan menarik pentilnya. Istriku berteriak keras, "awww..... ssshhh terussss....." Aku menghisap dada istriku, dada kanan yang telah dipamerkan kepada mereka tadi. "Dada yang nakal" menurutku dalam hati. Kuhisap kau dada nakal, ku kenyot sekeras mungkin. Kugigit perlahan namun kuat. Istriku meracau lagi, "pahhh uhhhh.... isshhhh....ehhhh...." Dan tidak sampai 5 menit permainan ini, istriku berkata "pahh akkkuuu... keluarrrrrrr..... ngeeehhhh.... ssshh ngehhh...." Seperti pada Part 1 kalau istriku mencapai puncaknya ia bersuara seperti kambing aneh. Dan akupun tak dapat terbendung lagi, tersemburlah semua lahar panasku ke dalam liang indah istriku. Akupun menjerit tertahan, "ughh...." Keluarlah semua di dalam rahimnya. Istriku berkata, "papah hebat malam ini." Dalam hatiku berkata, bukan aku yang hebat, tetapi kamu yang sudah kepalang tanggung kan? Kamu mengharapkan mereka yang memuaskanmu kan malam ini?

Antara marah, benci, ingin aku menampar istriku atas kelakuannya seperti wanita murahan tadi, terlebih lagi perlakuan Pak Yono yang memperlakukan istriku seperti istri yang ingin ia bias "pakai" sesuka hati. Membuat aku bingung dan dilema antara ingin dan berharap istriku diperlakukan seperti itu lagi, bahkan sesekali aku berpikiran untuk membiarkan istriku di-"pakai" oleh Pak Yono, si gendut jelek. Jika saja tadi mereka ingin me-"makai" istriku mungkin yang aku lakukan hanya berdiam diri bersembunyi dan mengintip membiarkan mereka mengayuh lautan birahi bersama istriku, mendengar racauan desahan istriku bersama mereka dari balik jendela. Aku tidak dapat berpikir jernih lagi semenjak saat itu, aku terus-terusan di bayang-bayangi oleh lemparan senyum istriku kepada mereka berempat senyum seperti minta di-"pakai" oleh mereka. Senyum seperti ingin mendapatkan sesuatu yang lebih memuaskan dari mereka. Terlebih lagi istriku duduk di kamar dengan menghela nafas panjang, dengan tatapan kosong, seperti berharap menanti menginginkan sesuatu datang dan membuka pintu kamarnya, mencumbunya, memanjakannya, melepaskan semua “Hasrat Terpendam” nya selama ini yang tidak dapat ku selesaikan. Oh tidak!!! Aku sendiri terus menerus berpikiran bahwa pada saat itu tadi jika aku tetap bersembunyi apakah mereka mau menyetubuhi istriku beramai-ramai? Memuaskan birahi istriku yang sudah 2 bulan terakhir ini tidak terpuaskan oleh kejantananku. Apakah aku sudah gila?


2 komentar:

  1. Casino Roll
    At Casino Roll, we offer 토토 라이브 스코어 a wide range of casino games, 블랙 잭 무기 including table games, video 스포츠 토토 라이브 스코어 slots and live dealer tables. We provide 라이브 스코어 the latest and most 썬시티 popular games every

    BalasHapus